tag:blogger.com,1999:blog-35592704996213431332024-03-08T09:41:56.602-08:00Islamic MethodologyThe Next ProfessorIslamic Methodologyhttp://www.blogger.com/profile/11869930333693923884noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-3559270499621343133.post-5837492946046996462010-07-02T23:30:00.001-07:002010-07-02T23:34:56.873-07:00PEMIKIRAN POLITIK JAMALUDIN AL-AFGHANI<style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Arial Narrow";
panose-1:2 11 5 6 2 2 2 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter
{margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 216.0pt right 432.0pt;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.MsoFootnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
vertical-align:super;}
span.MsoPageNumber
{font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:21.0cm 842.0pt;
margin:4.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm;
mso-header-margin:35.45pt;
mso-footer-margin:48.2pt;
mso-page-numbers:0;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1691447430;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:125063536 67698709 -1095316964 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:alpha-upper;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Pendahuluan<o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Pada akhir abad ke tiga belas Hijriah, ketika dunia Islam terperosok ke kegelapan dan dekadensi, seorang dengan pribadi yang menonjol tampil ke depan. Ia berhasil menghalau kesedihan yang meliputi suasana masa itu. Orang itu adalah Jamaluddin al-Afghani, pemberi aba-aba bagi kebangkitan kembali Islam di abad ke sembilan belas Masehi. Dia Muallim yang suka berkeliling, jenius yang kreatif, cendikiawan dan orator besar, yang dengan kelebihan-kelebihan itu membangkitkan dunai Islam secara menyeluruh. </span><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ia bergerak di Ibukota-Ibukota di berbagai Negara Islam. Di sana ia memberikan kuliah dan menulis. </span><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ia juga mengulas tulisan-tulisannya yang berhubungan dengan misinya mempersatukan umat Islam. Ketika meninggal dunia, ia meninggalkan sekelompok besar para pekerja yang tetap bersemangat meneruskan syiarnya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Sesungguhnya tidak ada seorangpun selain Jamaluddin al-Afghani yang secara nyata telah mempengaruhi Islam abad sembilan belas. M. Iqbal, pemikir besar dari dunia Timur itu, sangat menghormatinya. Berkata Iqbal, dia ahli bahasa yang sempurna, yang menguasai berbagai bahasa dari bangsa beragama Islam di dunia, yang kefasihannya berbicara diakui, yang merasuk hati. Jiwa yang tidak mau diam itu selalu mengembara dari negara Islam yang satu ke negara yang lain untuk mempengaruhi orang-orang penting di Iran, Mesir dan Turki. Beberapa ahli agama terbesar seperti Mufti Muhammad Abduh dari Mesir adalah muridnya. Ia memang tidak banyak menulis tetapi rajin berbicara, dan dengan itu ia mengubah orang-orang yang kontak dengannya menjadi seperti dirinya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Tugas utama yang diembannya adalah menghimpun kembali kekuatan dunia Islam yang tercecer, serta menyingkirkan kemusyrikan dan kesulitan yang dialami oleh kaum Muslim pada zamannya. Dia sendiri bekerja keras untuk mengatasi berbagai kesulitan tersebut. Jika ia mengetahui bahwa saudara muslimnya ditimpa bencana, dengan secepat kilat dia berusaha memahami kondisi mereka, serta berupaya memberikan bantuan dan perbaikan. Dia yakin bahwa kebangkitan Islam merupakan tanggung jawab kaum Muslim, bukan tanggung jawab sang Pencipta. Masa depan kaum Muslim tidak akan mulia kecuali jika mereka menjadikan diri mereka sendiri sebagai orang besar. Mereka harus bangkit dan menyingkirkan kelalaian. Mereka harus tahu realitas, melepasakan diri dari kepasrahan, dan memahami salah satu ayat Allah, <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">“<i>Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kenikamatan yang ada pada suatu kaum sehingga mereka mengubahnya dengan diri mereka sendiri</i>. ”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ayat ini telah berabad-abad tidak memberikan ilham apapun kepada kaum Muslim sehingga datang Jamaluddin al-Afghani yang banyak menyampaikan khutbah uraian ayat ini dan mengajak mereka untuk memperbaiki sejarah dunia mereka sebelum masyarakat mereka mati. Dia mengajak umat untuk mengubah nasibnya dari periode yang suram kepada periode yang dipenuhi semangat dan kebangkitan. Jamaluddin al-Afghani pembaharu Muslim pertama yang menggunakan term Islam dan Barat sebagai fenomena yang selalu bertentangan. Sebuah pertentangan yang justru harus dijadikan patokan berfikir kaum muslim sejak saat itu, yaitu untuk membebaskan kaum Muslim dari kekuatan dan eksploitasi yang dilakukan oleh orang-orang Eropa. Tujuan utama gerakannya ialah menyatukan pendapat semua negara-negara Islam termasuk Persia yang Syiah dibawah satu kekhalifahan, untuk mendirikan sebuah Imperium Islam yang kuat dan mampu berhadapan dengan campur tangan bangsa Eropa. Oleh karena itulah, dia menyerukan niatnya ini dengan pena dan lidahnya untuk menyatukan pemikiran Islam. Dengan khutbahnya yang berapi-api, dia tidak bosan menyampaikan pemikiran tersebut, untuk membangkitkan dan membakar semangat kaum Muslim dari satu negara ke negara yang lain. Dia ingin membangunkan kesadaran mereka akan kejayaan Islam pada masa lampau yang menjadi kuat karena bersatu. Ia telah menyadarkan mereka bahwa kelemahan umat Islam sekarang ini adalah karena mereka berpecah-belah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Riwayat Singkat Jamaluddin al-Afghani <o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Jamaluddin lahir di Iran, tetapi ada juga yang menyatakan di lahir di Afganistam, pada tahun 1354H/1839 M. dan meninggal dunia di Istambul tahun 1897 M..<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[1]</span></span></span></span></a> Dia menghabiskan masa kecilnya di Afghanistan sampai meningkat dewasa. Silsilah keturunan memiliki hubungan darah dengan Nabi Muhammad SAW., yaitu melalui silsilah Imam Turmudzi sampai cucunda Nabi SAW., Husain bin Ali bin Abi Thalib.</span><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[2]</span></span></span></span></a><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Mengenai kontraversi asal mula Jamaluddin al-Afghani, di dalam Osman Amin mencatat: “<i>Problem touching the origin of Jamal al-Din far from having been solved”</i>.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[3]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Kecerdasan dan kebijakan politiknya sudah mulai terlihat ketika al-Afghani berusia 22 tahun sebagai pembantu pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Pada tahun 1864 sebagai penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian dia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi Perdana Menteri.</span><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[4]</span></span></span></span></a><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Al-Afghani adalah seorang pengelana dari satu negeri ke negeri lainnya. </span><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Mula-mula ke India (dari Iran), lalu ke Mekah, ke Istambul, dan kemudian ke Afganistan (lewat Iran).<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[5]</span></span></span></span></a> Dalam catatan Harun Nasution, al-Afgani dari Afganistan pergi ke India tahun 1869,<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[6]</span></span></span></span></a> kemudian ke Mesir tahun 1871, dari Mesir kemudian ke Paris (Eropa) tahun 1879,<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[7]</span></span></span></span></a> tahun 1889 dia datang ke Persia, da terakhir dia peri ke Istambul pada tahun 1892, dan kemudian meninggal dunia di sini tahun 1897.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[8]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ketika al-Afgani di Paris, dia meneribatkan majalan atau koran al-<i>’Urwah al-Wutsqa</i>, yang mendapat subsidi dari para pengagum dan dibagikan secara gratis kepada para tokoh terkemuka di seluruh dunia Muslim; di mana substansinya merupakan kelanjutan pemikirannya mengenai anti-Inggris, yang di dalamnya memuat juga pemikirannya mengenai persatuan umat Islam dalam rangka membendung serang pihak asing.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[9]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Karya-karya Jamaluddin al-Afghani<o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Beberapa buku yang ditulis oleh Afghani antara lain<a href="http://www.blogger.com/post-edit.do" name="_ftnref15"> </a><i>Tatimmat al-bayan</i> (Cairo, 1879). Buku sejarah politik, sosial dan budaya Afghanistan. <i>Hakikati Madhhabi Naychari wa Bayani Hali Naychariyan</i>. Pertama kali diterbitkan di Haydarabad-Deccan, 1298 H/1881 M, ini adalah karya intelektual Afghani paling utama yang diterbitkan selama hidupnya. Merupakan suatu kritik pedas dan penolakan total terhadap materialisme. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam Arab oleh Muhammad Abduh dengan judul <i>Al-Radd 'ala al-dahriyyin</i> (Bantahan terhadap Materialisme). Kemudian <i>Al-Ta'Liqat 'ala sharh al-Dawwani li'l-'aqa'id al-'adudiyyah</i> (Cairo, 1968). Berupa catatan Afghani atas komentar Dawwani terhadap buku kalam yang terkenal dari Adud al-Din al-'Iji yang berjudul <i>Al-‘Aqa’id al-‘Adudiyyah</i>. Berikutnya <i>Risalat al-Waridat fi Sirr al-Tajalliyat</i> (Cairo, 1968). Suatu tulisan yang didiktekan oleh Afghani kepada siswanya Muhammad 'Abduh ketika ia di Mesir. <i>Khatirat Jamal al-Din al-Afghani al-Husayni</i> (Beirut, 1931). Suatu buku hasil kompilasi oleh Muhammad Pasha al-Mahzumi wartawan Libanon. Mahzumi hadir dalam kebanyakan forum pembicaraan Afghani pada bagian akhir dari hidupnya Buku berisi informasi yang penting tentang gagasan dan hidup Afghani.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">D.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Pan Islamisme: Gagasan Politik Jamaluddin al-Afghani<o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Latar Belakang<o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Pan-Islamisme lahir disebabkan, paling tidak, oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh kondisi umat Islam yang berada dalam kondisi yang memprihatinkan; dalam bidang pemikiran mereka stagnan, dan dalam bidang sosial mereka sering bertikai, dan bidang politik sering terjadi perebutan kekuasaan yang tidak jarang terjadi peperangan antara sesama umat Islam.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[10]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Sementara faktor eksternal datang dari luar Islam, yaitu dari barat; baik itu alam bentuk imperialisme, sekularisasi (penyebaran paham yang menjauhkan dari agama), ataupun westernisasi (pembaratan).<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[11]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Inilah dua latar yang paling signifikan dalam membangkitkan semangat Pan-Islamisme sebagai gerakan pemikiran dan politik. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Gagasan Pan-Islamisme <o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Tema paling konsisten dalam hidup Jamaluddin al-Afgani ialah memusuhi pemerintahan orang Inggris di bumi kaum Muslim,<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[12]</span></span></span></span></a> dan atau membebaskan diri kaum Muslim dari dominasi Barat.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[13]</span></span></span></span></a> Inilah latar belakang pemikiran politiknya yang dijelaskannya dalam salah satu tema <i>Al-‘Urwah al-Wutsqa</i>,<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[14]</span></span></span></span></a> yaitu Pan-Islamisme<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[15]</span></span></span></span></a>. Paling tidak terdapat dua substansi Pan-Islamisme itu, yaitu <i>al-wihdah al-Islamiyyah </i>(kesatuan yang islami) dan <i>al-wihdah al-siyadah </i>(kesatuan kepemimpinan).<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[16]</span></span></span></span></a> Di samping itu, Pan-Islamisme ini juga didasarkan pada pengalamannya pemikiran dan gerakannya, terlebih ketika melihat dominasi Barat (Kristen) di India dan Mesir, di mana hal ini tidak terlepas dari semangat perang salib yang masih tetap berkobar.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[17]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Di dalam <i>al-wihdah al-Islamiyyah, </i>al-Afgani mendasarkan pemikirannya pada ayat al-Qur’an: “<i>Taatilah Allah dan rasul-Nya, dan janganlah kamu bersengketa yang karenanya kamu menjadi gagal dan hilang kekuatanmu”</i>, dan “<i>Berpegang teguhlah kamu semua dengan tali Allah, dan janganlah kamu berpecah belah</i>”.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[18]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Al-Afgani menyatakan, sebagaimana dikutip oleh Shafwan Nawawi dari buku <i>Jamaluddin al-Afghani wa Atsaruh fi al’Alam al-Islami al-Haditsi</i>, sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Bersatu dan saling membantu untuk mengokohkan kekuasaan Islam termasuk sendi utama bagi agama yang dibawa Muhammad ini. Meyakini yang demikian merupakan prioritas dari sejumlah akidah bagi umat Islam. Untuk ini tidak dibutuhkan kitab atau guru untuk memahaminya. Sesungguhnya para pemimpin Islam, akan sesak nafasnya, berurai air matanya, karena sedih dan duka menyaksikan terjadinya perpecahan pendapat dan saling berkelahi antara sesama Muslim. Jika tidaklah karena kecurangan penguasa yang amat rakus berebut kekuasaan, tentulah barat dan timur, utara dan selatan akan bersatu….. Bersatu pendapat dalam melaksanakan pendapat tersebut adanya ikatan hati yang dinamis, terhindar dari gejolak-gejolak yang berbahaya terhadap agama</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[19]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Berdasarkan pernyataannya itu, al-Afgani tidak hanya merasakan kekhawatiran akibat penetrasi Barat ke dunia Islam,<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[20]</span></span></span></span></a> tetapi juga menyangkut masalah internal umat Islam itu sendiri; di mana tergambar dari ungkapannya bahwa, tidak hanya kalangan bawah, bahkan ulama dan penguasa di dunia Islam masih dalam kondisi yang memperihatinkan. Gagasan Pan-Islamisme dapat dinyatakan sebagai gerakan internal dalam rangka menghadapi musuh yang datang dari Barat. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Gibb menyatakan bahwa meskipun Pan-Islamisme itu, dari sisi politik, dimaksudkan untuk menentang penetrasi Eropa, ia mengandung aspek reformasi internal juga. Jamaluddin menyerang, dengan kegigihan yang sama, penyalahgunaan-penyalahgunaan Islam yang dilihatnya dan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah Islam. Inti pokok pemikirannya adalah bahwa umat Islam harus membersihkan diri mereka sendiri dari kesalahan-kesalahan dan percampur-adukan agama; para ulama Muslim harus tampil menghadapi arus-arus pemikiran modern, dan negara Islam harus tampil sebagai ekspresi politik dan sarana untuk menyuarakan ajaran-ajaran ortodoks Islam.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn21" name="_ftnref21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[21]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Pan-Islamisme, dalam pandangan al-Afgani, didasarkan pada ideologi, yaitu al-Qur’an dan Sunnah.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn22" name="_ftnref22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[22]</span></span></span></span></a> Ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan politik dan kekuasaan harus dipegang sebagai norma yang transformasional.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn23" name="_ftnref23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[23]</span></span></span></span></a> Di dalam <i>Mafahim Islamiyyah </i>dijelaskan bahwa gerakan pembaharuan Jamaluddin al-Afgani, yang bergerak sejak pertengahan kedua abad 19 merupakan gerakan tajdid pemikiran Islam dengan kembali kepada sumber primer, yaitu al-Qur’an dan Sunnah, serta <i>manahij al-salaf al-shalih</i>.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn24" name="_ftnref24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[24]</span></span></span></span></a></span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Muhammad Abduh menjelaskan bahwa inti gerakan Pan-Islamisme ini berkisar pada tiga hal, yaitu 1) membebaskan pemikiran dari ikatan taklid (<i>tahrir al-fikr min qayd al-taqlid</i>), 2) memperbaiki sistem bahasa Arab dalam rakngka emansipasi, dan 3) menjelaskan hak hukum atas umat, dan hak umat akan keadilan.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn25" name="_ftnref25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[25]</span></span></span></span></a> Agak berbeda dengan kesimpulan Nawawi, bahwa inti gerakan Pan-Islamisme itu ialah: 1) menyatukan ideologi umat Islam kepada dasarnya, 2) melaksanakan dakwah yang lengkap dan lurus bebas bid’ah, 3) melakukan pembinaan dan pendidikan akhlak, dan 4) menyalakan api semangat kebersamaan dan perjuangan menuju umat yang unggul dan tunggal.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn26" name="_ftnref26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[26]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Di dalam Majalah <i>Al-Bayan </i>dijelaskan, bahwa al-Afgani adalah sorang aktivis gerakan politik yang menghimbau orang-orang Timur untuk bangkit dari kejumudan mereka, yang berpindah dari satu negeri ke negeri yang lainnya. Ia menghubungi para penguasa, dan membangkitkan semangat seluruh umat Islam, menghidupkan sistem khilafah, mendasarkan pemerintahan pada dasar-dasar islami (<i>ta’sis islami</i>), yang menyebabkan dunia Barat menjadi goncang.</span><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn27" name="_ftnref27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[27]</span></span></span></span></a><i><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Demikian dalam konsep <i>al-wihdah al-siyadah, </i>tidak dapat dilepaskan dari prinsip <i>al-wihdah al-Islamiyyah</i>. Dengan kata lain, kesatuan sebagai sesuatu yang dituntut agama membutuhkan kekuasaan yang akan memperjuangkan terciptanya kesatuan, sebab kesatuan itu sendiri tidak bisa terjadi dengan sendiri tanpa kekuasaan mengiringinya.</span><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn28" name="_ftnref28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[28]</span></span></span></span></a><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"> Dengan kata lain, kesatuan dan kekuasaan bagai dua keping mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dan karena itu, keduanya menjadi wajib untuk diupayakan. Lebih jelasnya al-Afgani menyatakan:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Saya tidak bermaksud dengan ucapan saya ini bahwa penguasa untuk semuanya adalah seorang. Hal ini mungkin susah untuk dilaksanakan. Akan tetapi yang saya harapkan adalah bahwa penguasa umat Islam itu adalah al-Qur’an. Orientasi kesatuan mereka adalah agama Islam…. <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn29" name="_ftnref29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[29]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Harun Nasution memberikan komentar yang bersifat kesimpulan:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">..... persatuan umat Islam mesti diwujudkan kembali. Dengan bersatu dan mengadakan kerjasama yang eratlah umat Islam akan dapat kembali memperoleh kemajuan. Persatuan dan kerjasama merupakan sendi yang amat penting dalam Islam.<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Konsep Negara <o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Selain Pan-Islamisme, Al-Afghani juga mengajukan konsep negara republik yang demokratis, dan meninggalkan sistem lama yang bersifat otokratis. Dengannya konsep musyawarah dan kebebasan mengeluarkan pendapat dapat diberlakukan, dan adanya kewajiban kepada negara untuk tunduk pada undang-undang dasar.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn30" name="_ftnref30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[30]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Di dalam pemerintahan absout dan otokrasi tidak ada kebebasan berpendapat. Kebebasan hanya pada raja atau kepala negara untuk bertindak yang tidak diatur oleh undang-undang. Dengan demikian, corak pemerintahan absolut dan otokrasi diganti dengan coak pemeritahan demokrasi.</span><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn31" name="_ftnref31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[31]</span></span></span></span></a><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Pemerintahan otokrasi yang cenderung meniadakan hak-hak individu tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sangat menghargai hak-hak individu. Pemerintahan otokrasi yang mawujud dalam institusi khilafah saat itu harus diganti dengan pemerintahan yang bercorak demokrasi yang menjunjung tinggi hak-hak individu.</span><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn32" name="_ftnref32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[32]</span></span></span></span></a><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Pan-Islamisme: Sebuah Gerakan<o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Pan-Islamisme yang dipelopori oleh al-Afgani bukan hanya dalam bentuk propaganda melalui Koran <i>Al-‘Urwah al-Wutsqa</i>, tetapi juga merupakan gerakan politik yang bersifat rahasia dan berpusat di Paris. Organisasi ini didirikan atas dasar Islam dan menjadikan seluruh dunia Islam sebagai wilayah dakwahnya.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn33" name="_ftnref33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[33]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Tujuan organisasi ini prinsipnya adalah untuk mencari penyebabkan kelemahan umat Islam dan menyadarkan mereka, serta membangkitkan semangat mereka. Di samping itu, organisasi ini juga berusaha melenyapkan keraguan umat Islam terhadapat ajaran Islam itu sendiri, yang disebabkan oleh sekularisasi Barat.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn34" name="_ftnref34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[34]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Tidak mudah untuk memasuki organisasi ini, karena terdapat proses pembinaan secara intensif sehingga mereka sampai pada tahap yakin baru kemudian disumpah,<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn35" name="_ftnref35" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[35]</span></span></span></span></a> di mana teksnya disusun oleh Muhammad Abduh., yang tujuan substansi sumpah itu, paling tidak, ada tiga, yaitu 1) beramal berdasarkan kitab Allah, 2) berdakwah untuk membela agama Allah, dan 3) memperkuat ikatan antara umat Islam.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn36" name="_ftnref36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[36]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Bidang perjuangan gerakan ini dalam bidang politik dan pembaharuan keagamaan. Dalam bidang politik berkenaan dengan konsolidasi pemikiran dan kejiwaan antar umat Islam.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn37" name="_ftnref37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[37]</span></span></span></span></a> Adapun dalam bidang keagamaan berkenaan dengan memerangi taklid dan dekadensi moral, transformasi sebagian dari peradaban Barat.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn38" name="_ftnref38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[38]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Dalam rangka konsolidasi pemikiran dan kejiwaan umat Islam, organisasi ini menempuh dua cara yang prinsip, yaitu <i>pertama</i>, dengan menerbitkan majalah <i>Al-‘Urwah al-Wutsqa </i>yang disebarkan ke berbagai negeri Islam secara gratis. Secara umum isinya tidak lain menyerukan perlunya persatuan menyeluruh, berpegang pada prinsip-prinsip Islam, dan mengungkapkan berbagai aspek andil penjajah yang menuntut adanya kekuatan global yang bersifat politis dari dalam dunia Islam ; <i>kedua, </i>menempuh cara pengiriman aktivis <i>Jam’iyyah al-‘Urwah al-Wutsqa </i>ke berbagai negeri, sejalan dengan penyebaran majalah tersebut.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn39" name="_ftnref39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[39]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Al-Afgani sendiri, dengan kapasitasnya sebagai seorang tokoh pembaharu, mendatangi berbagai negeri dan bahkan menemui tokoh atau penguasa dan mengadakan negosiasi, akan tetapi satu-satunya hasil yang signifikan ialah hampir terciptanya kontak al-Afgani dengan Sultan Usmani, Abudl Hamid III, akan tetapi hubungan di antara keduanya tidaklah terbangun.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn40" name="_ftnref40" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[40]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Walaupun demikian, gagasan-gagasan politis dalam hubungan dengan pembaharuan dipaparkan oleh al-Afgani, bahwa penyebab kemunduran umat Islam, secara politis, karena perpecahan yang terdapat di kalangan umat Islam, pemerntahan absolut, mengabaikan pertahanan militer, menyerahkan administrasi negara pada intervensi asing ; di samping itu, lemahnya persaudaraan umat Islam yang terjadi tidak hanya di kalangan bawah, tetapi juga kalangan umara dan ulama.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn41" name="_ftnref41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[41]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Dalam bidang keagamaan, al-Afgani mengadakan pembaharuan dengan cara menghilangkan praktek keagamaan yang bukan ortodoks, yang menyebabkan umat Islam menjadi stagnan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn42" name="_ftnref42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[42]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Menurut al-Afgani, jalan yang ditempuh dalam rangka memperbaiki pemahaman keagamaan umat Islam ialah dengan melenyapkan pengertian-pengertian salah yang dianut umat Islam pada umumnya, dan kemabali kepada ajaran yang sebenarnya. Hati mesti disucikan, budi pekerti yang luhur dibangkitkan kembali, dan demikian pula kesediaan berkorban demi kepentingan umat.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn43" name="_ftnref43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[43]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Dalam rangka membasmi taklid, al-Agani menyeru umat Islam agar di setiap negeri terdapat sekelompok dari mereka yang secara khusus mempelajari ajaran Islam secara mendalam dan kemudian menyebarluaskannya kepada seluruh umat. Menurutnya, taklid hanya membuat kerja akal menjadi lamban dan melaksanakan fungsi berfikirnya, dan hal ini akan menggring umat kepada kelemahan yang menyulitkan orang untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftn44" name="_ftnref44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow";"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">[44]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">E.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan, bahwa al-Afgani merupakan seorang pemikiran pembaharuan dalam hubungannya dengan keagamaan dan juga politik. Gagasan besar yang dimiliki al-Afgani dituangkannya dalam bentuk Pan-Islamisme, yang dipropaganda melalui makalah <i>Al-’Urwah al-Wutsqa, </i>yang kemudian juga sebagai organisasi gerakan yang rahasia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Kemudian, gerakan ini bertolak dari keyakian bahwa kebangkitan dan kejayaan kembali Islam hanya mungkin terwujud kalau umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang murni, dan meneladani pola hidup islami, serta mengadakan persatuan umat Islam seluruh dunia, baik pada tataran ulama maupun umara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Dalam rangka memelihara kemurnian akidah dan pemahaman umat Islam dari pengaruh asing, al-Afgani memberikan perlawanan dan memprovokasi umat Islam untuk mengadakan perlawanan terhadap kolonislisme dan dominasi Barat. Dia juga menentang praktek-praktek keislaman yang bertentangan dengan ortodoksi, dan kesewenang-wenangan pemerintahan Islam di dalam membuat kebijakan, baik itu karena menyalahi ajaran Islam ortodoks, ataupun karena kebijakan untuk tidak berpihak kepada masyarakat awam.***<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><b><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span></b> <br />
<div align="center" class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 72pt; text-align: center; text-indent: -45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 72pt; text-align: center; text-indent: -45pt;"><b><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 45pt; text-indent: -45pt;"><br />
</div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Abdul Razaq al-Baithar, <i>Hilyah al-Basyar Fi Tarikh al-Qarn al-Tsalits ‘Asyr</i>, Vol. 1, t.t.p.: t.p., t.t.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Ali Rahman, <i>Para Perintis Zaman Baru Islam</i>, Bandung: Mizan, 1995, Cet. 1.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">H.A.R. Gibb, <i>Aliran-aliran Modern dalam Islam </i>(Alih Bahasa: Machnun Huein, dari Judul Asli <i>Modern Trends in Islam</i>), Jakarta: Rajawali, 1991, Cet. 2.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Harun Nasution, <i>Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, </i>Jakarta: Bulan Bintang, 2001, Cet. 13.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">L. Stoddard, <i>The New World of Islam</i>, New York: Scribuer Sons, 1921.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Luois Syaikhu, <i>Tarikh al-Adab al-‘Arabiyyah</i>, Vol. 1, t.t.p: t.p., t.t..<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><i><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Mafahim Islamiyyah</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">, Vol. 1,<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><i><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Majallah al-Bayaan</span></i><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">, Vol. 10.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Osman Amin, dalam <i>A History of Muslim Philosophy, </i>Vol. 2, Wiesbaden: Ottoharrassowitz, 1966.<i> <o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Shafwan Nawawi, <i>Jamalddin al-Afghaniy Pelopor Pan Islamisme: Kerangka Politik Islam Ideal,</i> <i> </i>Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003, Cet. 1<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Syed Mahmudunnasir, <i>Islam Its Concepts and History, </i>New Delhi: Kitab Bhavan, cet. 1, 1981.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">Suyuthi Pulungan, <i>Figh Siyasah; Ajaran , Sejarah dan Pemikiran</i>, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.</span><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 45.1pt; text-indent: -45.1pt;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 14pt;">W. Montgomery Watt, <i>Muhammad Prophet and Statesman</i>, New York: Oxford University, t.t..<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt; text-align: justify;"> <br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="97" width="180"></td> </tr>
<tr> <td></td> <td><img height="96" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1026" width="168" /></td> </tr>
</tbody></table></div><div><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Ali Rahman menyatakan, meskipun dia dikenal sebagai <i>al-Afghani </i>(orang Afganistan), tetapi dia lahir di Iran. Lihat di dalam bukunya <i>Para Perintis Zaman Baru Islam, </i>Bandung: Mizan, 1995, Cet. 1, h. 17; pada halaman 19 Ali Rahman mencatat: “Tak ada sumber primer yang mendukung bahwa tempat lahir atau besarnya adalah di Afghan, seperti yang biasa diakuinya. Kini banyak sumber yang memperlihatkan bahwa dia tidak mungkin orang Afghan, tetapi lahir dan mendapat pendidikan Syiah di Iram”. </span></div></div><div id="ftn2"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[2]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi mencatat, bahwa bukti-bukti menyatakan bahwa Jamaluddin berasal dari Iran lebih kuat dibanding bukti-bukti yang menyatakan bahwa ia berasal dari Afghanistan. Ayahnya bernama Sayyid Shard, yang keturunannya bersambung sampai Husain ibn Ali. Para keluarga Jamaluddin ini terdapat di Iran, sementara di Afghanistan tidak ditemui keluarganya kecuali orang-orang fanatik yang menyatakan Jamaluddin berasal dari Afghanistan. Menurut keluarganya di Iran, Jamaluddin menisbatkan namanya dengan Afghan adalan dalam rangka kepentingan besar, agar dia dapat menarik perhatian kaum Sunni. Lebih lengkapnya dapat dilihat dalam Shafwan Nawawi, <i>Jamalddin al-Afghaniy Pelopor Pan Islamisme: Kerangka Politik Islam Ideal,</i> <i> </i>Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003, Cet. 1, h. 21-28; lihat juga dalam Abdul Razaq al-Baithar, <i>Hilyah al-Basyar Fi Tarikh al-Qarn al-Tsalits ‘Asyr, </i>Vol. 1, t.t.p.: t.p., t.t., h. 205.</span></div></div><div id="ftn3"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[3]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Osman Amin, dalam <i>A History of Muslim Philosophy, </i>Vol. 2, Wiesbaden: Ottoharrassowitz, 1966, h. 1484; dan Ali Rahman, <i>op.cit., </i>h. 19.<i> </i></span></div></div><div id="ftn4"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[4]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Harun Nasution, <i>Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, </i>Jakarta: Bulan Bintang, 2001, Cet. 13, h. 43.</span></div></div><div id="ftn5"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[5]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Dalam catatan Ali Rahman, <i>op.cit., </i>h. 20-21, Jamaluddin al-Afghani berangkat dari Iran menuju India, yaitu sekitar tahun 1857. Tema sentral gerakan dan pemikiran al-Afgani ialah memerangi Inggris yang bertempat di bumi Muslim, dan ternyata kontak penting pertamanya dengan pemikiran Barat terjadi di India. Di India al-Afghani merasakan skeptis (karena mempelajari filasafat barat), lalu dia pergi ke Mekah, kemudian ke kota-kota suci Syi’ah, lalu ke Iran, dan baru dari sini ke Afganistan, yaitu tahun 1866.</span></div></div><div id="ftn6"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[6]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Ali Rahman, <i>ibid</i>., h. 21, mencatat: “<i>Dalam banyak dokumentasi periode ini, dia terlihat sebagai figur politik yang anti Inggris.... Jatuhnya A’zhan Khan dan naik tahtanya Shir Ali yang lebi pro-Inggris, menyebabkan Afghani diusir dari Afganistan pada Desember 1868. Dia ke Bombay, Kairo, dan Istambul pada 1869”.</i></span></div></div><div id="ftn7"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[7]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Ali Rahman, <i>ibid., </i>h. 23-25, dijelaskan bahwa al-Afghani memiliki pengaruh yang besar di Mesir, yang menyebabkan Taufik yang pro Inggris mengusirnya (bukan karena hasutan Inggris, tetapi karena pidato Afgani yang anti Inggris), kemudian dia pergi ke India, dan selanjutnya ke London; dari London, dia kemudian ke Paris, yang diikuti Muhamad Abduh, yang kemudian mendirikan koran berbahasa Arab, <i>Al-‘Urwah al-Wutsqa</i>.</span></div></div><div id="ftn8"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[8]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> <i>Ibid., </i>h. 43-46; lihat juga dalam Osman Amin, <i>op.cit., </i>h. 1484-1485.</span></div></div><div id="ftn9"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[9]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> <i>Ibid., </i>h. 25, lihat juga dalam Shafwan Nawawi, <i>op.cit., </i>h. 104; dan Harun Nasution, <i>op.cit., </i>h. 45.</span></div></div><div id="ftn10"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[10]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>op.cit., </i>h. 68-74.</span></div></div><div id="ftn11"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[11]</span></span></span></span></a><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>ibid., </i>h. 74-76.</span></div></div><div id="ftn12"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[12]</span></span></span></span></a><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Ali Rahman, <i>ibid, </i>h. 21.</span></div></div><div id="ftn13"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[13]</span></span></span></span></a><span lang="FI" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Osman Amin, <i>op.cit., </i>h.<i> </i>1487.</span></div></div><div id="ftn14"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[14]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> <i>Ibid.</i>; Shafwan Nawawi, <i>op.cit</i>., h. 78. Majalah ini diterbitkan di Paris oleh al-Afgani bersama rekan dan muridnya, Muhammad Abduh, dalam rangkan menyatukan suara umat Islam. Lih. Luois<i> </i>Syaikhu, <i>Tarikh al-Adab al-‘Arabiyyah, </i>Vol. 1, t.t.p: t.p., t.t., h. 163.</span></div></div><div id="ftn15"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[15]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Pan-Islamisme (Inggris: <i>Pan-Islamism</i>) adalah gagasan, yang karena Islam merupakan kesatuan, menyatakan bahwa seluruh umat Islam harus bersatu menghadapi dominasi Barat. Istilah diberikan oleh penulis Barat (<i>Western writers</i>) terhadap gagasan yang digela oleh Jamaluddin al-Afgani. Lih. H.A.R. Gibb, <i>Aliran-aliran Modern dalam Islam </i>(Alih Bahasa: Machnun Huein, dari Judul Asli <i>Modern Trends in Islam</i>), Jakarta: Rajawali, 1991, Cet. 2, 49; juga dalam Osman Amin, <i>op.cit., </i>h. 1487; juga dalam L. Stoddard, <i>The New World of Islam</i>, New York: Scribuer Sons, 1921, hal. 16.</span></div></div><div id="ftn16"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[16]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>op.cit</i>., h. 78-88.</span></div></div><div id="ftn17"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[17]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> L. Stoddard, <i>op.cit., </i>hal. 62, membuat asumsi dasar Pan-Islamisme, yaitu: 1) </span><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Dunia Kristen sekalipun mereka berbeda dalam keturunan, kebangsaan, tetapi apabila menghadapi dunia Timur (Islam) mereka bersatu untuk menghancurkannya, 2) Semangat perang Salib masih tetap berkobar, orang Kristen masih menaruh dendam. Ini terbukti umat Islam diperlakukan secara diskriminatif dengan orang Kristen, 3) </span><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Negara-negara Kristen membela agamanya. Mereka memandang Negara Islam lemah, terbelakang dan biadab. Mereka selalu berusaha menghancurkan dan menghalangi kemajuan Islam, 4) Kebencian terhadap umat Islam bukan hanya sebagain mereka, tetapi seluruhnya. Mereka terus-menerus bersembunyi dan berusaha menyembunyikannya, dan 5) </span><span lang="FR" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Perasaan dan aspirasi umat Islam diejek dan difitnah oleh mereka. Istilah nasionalisme dan patriotosme di Barat, di Timur disebut fanatisme.</span></div></div><div id="ftn18"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[18]</span></span></span></span></a><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> QS. Al-Anfal/8 ayat 46 dan QS. Ali Imrah/3 ayat 103, berdasarkan penjelasan Shafwan Nawawi, <i>op.cit.</i>, h. 78 dan 80.</span></div></div><div id="ftn19"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[19]</span></span></span></span></a><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>ibid</i>., h. 79.</span></div></div><div id="ftn20"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[20]</span></span></span></span></a><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Ahmad Syalabi, <i>Imperium Turki Usmani, </i>Jakarta: Kalam Mulis, 1988, Cet. 1, h. 107, menyatakan bahwa Al-Afgani adalah orang pertama yang menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia mengabdikan dirinya untuk memperingatkan dunia Islam akan hal itu dan melakukan usaha-usaha yang teliti untuk pertahanan; L. Stoddard, <i>op.cit., </i>h. 32-33.</span></div></div><div id="ftn21"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref21" name="_ftn21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[21]</span></span></span></span></a><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> H.A.R. Gibb, <i>op.cit., </i>h. 49.</span></div></div><div id="ftn22"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref22" name="_ftn22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[22]</span></span></span></span></a><span lang="IT" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Apabila dilihat dari sepak terjang dakwah Rasulullah menyebarkan Islam, maka Rasulullah tidak hanya sebagai seorang Nabi, tetapi juga sebagai pembaharu sosial dan pemimpin politik yang handal. Inilah barangkali yang menjadi <i>role-mode </i>gerakan dan pemikiran Jamaluddin al-Afgani. </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Lihat sejarah Rasulullah SAW., seperti dalam Syed Mahmudunnasir, <i>Islam Its Concepts and History, </i>New Delhi: Kitab Bhavan, cet. 1, 1981, h. 90; lihat juga W. Montgomer Watt, <i>Muhammad Prophet and Statesman, </i>New York: Oxford University, t.t..</span></div></div><div id="ftn23"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref23" name="_ftn23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[23]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>op.cit.</i>, h. 82.</span></div></div><div id="ftn24"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref24" name="_ftn24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[24]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Dalam <i>Mafahim Islamiyyah</i>, Vol. 1, h. 30.</span></div></div><div id="ftn25"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref25" name="_ftn25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[25]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> <i>Ibid..</i></span></div></div><div id="ftn26"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref26" name="_ftn26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[26]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>op.cit.</i>, h. 77.</span></div></div><div id="ftn27"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref27" name="_ftn27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[27]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Dalam <i>Majallah al-Bayaan, </i>Vol. 10, h. 41.</span></div></div><div id="ftn28"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref28" name="_ftn28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[28]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>ibid.</i>, h. 82.</span></div></div><div id="ftn29"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref29" name="_ftn29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[29]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>ibid.</i>, h. 90.</span></div></div><div id="ftn30"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref30" name="_ftn30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[30]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Harun Nasution, <i>op.cit., </i>h. 48; lihat juga dalam Suyuthi Pulungan, <i>Figh Siyasah; Ajaran , Sejarah dan Pemikiran</i>, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, hal. 281.</span></div></div><div id="ftn31"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref31" name="_ftn31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[31]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Harun Nasution, <i>ibid..</i></span></div></div><div id="ftn32"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref32" name="_ftn32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[32]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> J.Suyuti pulungan, <i>Op.Cit</i>., hal. 286.</span></div></div><div id="ftn33"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref33" name="_ftn33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[33]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>op.cit., </i>h. 99-100.</span></div></div><div id="ftn34"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref34" name="_ftn34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[34]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Shafwan Nawawi, <i>ibid., </i>h. 100 mencatat, bahwa tujuan dari organisasi ini ialah: 1) menempatkan organisasi sebagai pelayan orang-orang Timur secara umum, sehingga mereka mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan; 2) membahas sebab-sebab yang membawa bangsa Timur kepada kelemahan dan menyadarkan mereka dari kalalaian dalam pengalaman ajaran-ajaran agama; 3) organisasi ini berusaha melenyapkan keraguan yang menimbulkan praduga-praduga yang berlebih-lebihan, membuang was-was yang merusak pikiran dari membawa pada sikap putus asa melaksanakan pembaharuan dan melihat krisis masa lalu; dan 4) mencoba menghidupkan harapan baru dalam jiwa umat Islam dan menjelaskan kepada mereka bahwa jalan menuju kebangkitan itu tidaklah sulit hingga mengharuskan lunturnya cita-cita dan tekad.</span></div></div><div id="ftn35"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref35" name="_ftn35" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[35]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Redaksi sumpah itu: “Aku bersumpah dengan nama Allah Yang Maha Tahu secara menyeluruh dan sebagian-sebagian, yang tampak dan yang tersembunyi, yang menilai setiap apa yang dilakukan setiap diri, yang menyiksa setiap pendosa berdasarkan dosa-dosanya. Sesungguhnya aku berhukum dengan kitab Allah dalam segala perbuatanku dan akhlakku tanpa interpretasi dan penyesatan. Sungguh aku akan berdakwah untuk membela agama-Nya. Aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa aku akan mengerahkan apa saja yang bisa aku usahakan untuk menghidupkan ukhuwah Islamiyah, menempatkannya dalam kedudukan kenabian dan kekeluargaan yang benar; bahwa aku tidak akan mendahulukan kecuali apa yang harus didahulukan menurut agama; aku tidak menomorduakan kecuali apa yang menurut agama dinomorduakan; tidak akan aku usahakan suatu kemajuan apapun, jika itu dikhawatirkan akan membawa madarat pada agama secara keseluruhan atau sebagiannya; bahwa aku akan mencari berbagai sarana untuk mengokohkan Islam, baik pemikiran maupun kemampuan; bahwa aku akan memperluas pengetahuan tentang dunia Islam sebisaku…..”, lengkapnya lihat Shafwan Nawawi, <i>ibid., </i>h. 101-102.</span></div></div><div id="ftn36"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref36" name="_ftn36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[36]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>ibid</i>., h. 101-102.</span></div></div><div id="ftn37"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref37" name="_ftn37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[37]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>ibid</i>., h. 104.</span></div></div><div id="ftn38"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref38" name="_ftn38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">[38]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Shafwan Nawawi, <i>ibid</i>., h.110-116.</span></div></div><div id="ftn39"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref39" name="_ftn39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[39]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Shafwan Nawawi, <i>ibid</i>., h. 104.</span></div></div><div id="ftn40"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref40" name="_ftn40" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[40]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Shafwan Nawawi, <i>ibid</i>., h. 105.</span></div></div><div id="ftn41"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref41" name="_ftn41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[41]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Harun Nasution, <i>op.cit., </i>h. 47-48.</span></div></div><div id="ftn42"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref42" name="_ftn42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[42]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Harun Nasution, <i>ibid., </i>h. 47, menjelaskan bahwa dalam bidang keagamaan, umat Islam memahami ajaran Islam bercampur dengan paham yang datang dari luar Islam (asing). Dengan kata lain, telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran Islam sebenarnya hanya tertinggal di atas kertas-kertas. Paham kada dan kadar diubah menjadi fatalisme, yang mengarahkan umat Islam ke dalam kondisi statis.</span></div></div><div id="ftn43"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref43" name="_ftn43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[43]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Harun Nasution, <i>ibid., </i>h. 48.</span></div></div><div id="ftn44"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=583749294604699646#_ftnref44" name="_ftn44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[44]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Shafwan Nawawi, <i>op.cit., </i>h. 111.</span></div></div></div>Islamic Methodologyhttp://www.blogger.com/profile/11869930333693923884noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559270499621343133.post-25946277094425393142010-07-02T23:27:00.000-07:002010-07-02T23:38:11.737-07:00PEMIKIRAN FIKIH MAZHAB MALIKI<style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Traditional Arabic";
panose-1:2 1 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-alt:"Times New Roman";
mso-font-charset:178;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:24577 0 0 0 64 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.MsoFootnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
vertical-align:super;}
span.gen
{mso-style-name:gen;
font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:246303832;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1474804822 97390248 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:108.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:144.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:180.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level4
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:216.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:252.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:288.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level7
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:324.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:360.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:360.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:396.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:396.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1
{mso-list-id:619190320;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1430338096 1314004662 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-text:"%1\)";
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-font-style:normal;}
@list l1:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:90.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:90.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:126.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:126.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level4
{mso-level-tab-stop:162.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:162.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:198.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:198.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:234.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:234.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level7
{mso-level-tab-stop:270.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:270.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:306.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:306.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:342.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:342.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2
{mso-list-id:709261846;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:262187506 -2050208868 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:72.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:108.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:144.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level4
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:180.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:216.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:252.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level7
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:288.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:324.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:360.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:360.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l3
{mso-list-id:732510945;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:185639342 1314004662 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l3:level1
{mso-level-text:"%1\)";
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-font-style:normal;}
@list l3:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l3:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l3:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l3:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l3:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l3:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l3:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l3:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l4
{mso-list-id:938022888;
mso-list-template-ids:-2048592900;}
@list l4:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l4:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l4:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l4:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l4:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l4:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l4:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l4:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l4:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l5
{mso-list-id:1080105206;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1791799572 833418308 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l5:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l5:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:90.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:90.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l5:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:126.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:126.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l5:level4
{mso-level-tab-stop:162.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:162.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l5:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:198.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:198.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l5:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:234.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:234.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l5:level7
{mso-level-tab-stop:270.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:270.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l5:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:306.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:306.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l5:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:342.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:342.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l6
{mso-list-id:1920212473;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1454767064 67698709 -1156129098 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l6:level1
{mso-level-number-format:alpha-upper;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l6:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l6:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l6:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l6:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l6:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l6:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l6:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l6:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l7
{mso-list-id:2136018199;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1779386942 980199944 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l7:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l7:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:90.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:90.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l7:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:126.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:126.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l7:level4
{mso-level-tab-stop:162.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:162.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l7:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:198.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:198.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l7:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:234.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:234.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l7:level7
{mso-level-tab-stop:270.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:270.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l7:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:306.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:306.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l7:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:342.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:342.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>BAB I<o:p></o:p></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>PENDAHULUAN<o:p></o:p></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Munculnya madzhab dalam sejarah tidak terlepas dari adanya pemikiran fiqih dari zaman sahabat, tabi’in hingga muncul madzhab-madzhab zfikih pada periode ini. Seperti contoh hokum yang dipertentangkan oleh Umar bin Khattab dengan Ali bin Abi Thalib ialah masa ‘iddah wanita hamil yang ditinggalk mati oleh suaminya. Golongan sahabat berbeda pendapat dan mengikuti salah satu pendapat tersebut, sehingga munculnya madzhab-madzhab yang dianut.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Di samping itu, adanya pengaruh turun temurun dari ulama-ulama yang hidup sebelumnya tentang timbulnya madzhab tasyri’, ada beberapa faktor yang mendorong, di antaranya<a href="http://www.blogger.com/post-edit.do" name="_ftnref2"></a><a href="http://www.blogger.com/Kitab-kitab/Mazhab%20Maliki.htm#_ftn2" title=""></a>:</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Karena semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam sehingga hukum islampun menghadapi berbagai macam masyarakat yang berbeda-beda tradisinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Muncunya ulama-ulama besar pendiri madzhab-madzhab fiqih berusaha menyebarluaskan pemahamannya dengan mendirikanpusat-pusat study tentang fiqih, yang diberi nama <i>Al-Madzhab </i>atau <i>Al-Madrasah </i>yang diterjemahkan oleh bangsa barat menjadi school, kemudian usaha tersebut dijadikan oleh murid-muridnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Adanya kecenderungan masyarakat islam ketika memilih salah satu pendapat dari ulama-ulama madzhab ketika menghadapi masalah hokum. </span><span lang="SV">Sehingga pemerintah (kholifah) merasa perlu menegakkan hokum islam dalam pemerintahannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Permasalahan</span><span lang="SV"> politik, perbedaan pendapat di kalangan muslim awal trntang masalah politik seperti pengangkatan kholifah-kholifah dari suku apa, ikut memberikan saham bagi munculnya berbagai madzhab hukum islam.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.do" name="_ftnref3"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Berkembangnya<span lang="SV"> dua aliran ijtihad rasionalisme dan tradisinalisme telah melahirkan madzhab-madzhab fikih Islam yang mempunyai metodologi kajian hukum serta fatwa-fatwa fikih tersendiri, dan mempunyai pengikut dari berbagai laposan masyarakat. Dalam sejarah pengkajian hukum Islam dikenal beberapa mazhab fikih yang secara umum terbagi dua, yaitu mazhab sunni dan mazhab syi’i. Di kalangan Sunni terdapat beberapa mazhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Ha</span><span lang="IN">n</span><span lang="SV">bali. Sedangkan di kalangan syiah terdapat dua mazhab fiqih, yaitu Zaidiyah dan Ja’fariah. Namun yang masih berkembang kini hanyalah madzhab Ja’fariah dan Syi’ah Imamiyah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan pemikiran fikih dari kalangan mazhab Maliki. Mazhab ini, selain pendirinya merupakan seorang yang dari Madinah, sebagai tempat pengamalan Sunnah, tetapi juga memiliki pemikiran-pemikiran fikih yang elastis, mudah, dan <i>waqi’iyyah</i>. Pemikiran fikih mazhab ini, dapat dikatakan, kombibansi antara akal dan wahyu, sangat terlihat. Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis mencoba untuk menjelaskan pemikiran fikih dalam mazhab ini, di mulai dari sejarah pendirinya, kemudian otoritas pemegang tasyri’, yang merupakan penjelasan secara metodologis manhaj fikih mereka, berikut dijelaskan juga karakteristiknya, baik itu dilihat dari aspek metodologis, maupun dari aspek substansi fikih.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/Kitab-kitab/Mazhab%20Maliki.htm#_ftn3" title=""></a><span lang="SV"><o:p></o:p></span></div><b><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span></b> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b><span lang="SV">BAB II<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b><span lang="SV">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Sekilas Tentang Tokoh dan Periode/Fase<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dalam sebuah kunjungan ke kota Madinah, Khalifah Bani Abbasiyyah, Harun Al Rasyid (penguasa saat itu), tertarik mengikuti ceramah al-Muwatta' (himpunan hadits) yang diadakan Imam Malik. Untuk hal ini, Khalifah mengutus orang memanggil Imam. Harus al-Rasyid menunggunya di istananya, sementara Imam Malik menunggu di rumahnya. Karena waktu semakin bertambah, dan yang ditunggu tidak datang juga, maka Harun al-Rasyid pun kemudian memanggilnya, dan berkata: “<i>Wahai Abdallah, seharian aku menunggumu!”.</i> Mendengar hal demikian, Imam Malik menyatakan:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt;">وأنا أيضا يا أمير المؤمنين لأم أزل أنتظرك منذ اليوم؛ إن العلم يؤتى ولا يأتي، وإن ابن عمك صلى الله عليه وسلم هو الذي جاء بالعلم؛ فإن رفعتموه ارتفع، وإن وضعتموه اتضع<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Aku juga menunggumu seharian wahai <i>Amir al-Mu’minin</i>; sesungguhnya ilmu itu dicari, tidak datang sendiri, dan sesungguhnya anak pamanmu SAW. yang dia datang bersama ilmu, jika engkau meninggikannya, dia akan tinggi, dan jika engkau rendahkan, maka ia menjadi rendah.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[2]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Imam Malik yang bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 717 M., Kakeknya bernama Amir, termasuk salah seorang Sahabat Besar di Madinah. Malik belajar Hadits di bawah bimbingan al-Zuhri, yang merupakan seorang ulama Hadits terbesar pada masanya, dan juga di bawah bimbingan Perawi Hadits, Nafi’, seorang budah yang dimerdekakan oleh Abdullah ibn Umar. Perjalanan Malik keluar dari Madinah hanya untuk berhaji, karenanya ia mencukupkan diri mempelajari ilmu yang tersedia di Madinah. Dia pernah dipenjara pada tahun 764M. oleh pemerintah Madinah, karena ia membuat ketetapan hokum yang menyatakan bahwa perceraian yang dipaksa tidak sah. Ketetapan hukum ini bertentangan dengan ketetapan pemerintah, bahwa terdapat sumpah setia yang dari kalangan istri, yang bila mereka melanggar sumpah tersebut, maka otomatis dicerai. Malik kemudian dipenjara dan disiksa, sehingga terdapat cedera di lengannya; apabila melaksanakan shalat, ia tidak mampu mengangkat tangannya ke dada. Karena itu, menurut beberapa riwayat, Malik kemudian melaksanakan shalat dengan kedua tangan di sisinya.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[3]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kakek dan ayahnya termasuk kelompok ulama hadits terpandang di Madinah. Karenanya, sejak kecil Imam Malik tak berniat meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu. Ia merasa Madinah adalah kota dengan sumber ilmu yang berlimpah lewat kehadiran ulama-ulama besarnya.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[4]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Karena keluarganya ulama ahli hadits, maka Imam Malik pun menekuni pelajaran hadits kepada ayah dan paman-pamannya. Kendati demikian, ia pernah berguru pada ulama-ulama terkenal seperti Nafi' bin Abi Nuaim, Ibnu Syihab az Zuhri, Abul Zinad, Hasyim bin Urwa, Yahya bin Said al Anshari, dan Muhammad bin Munkadir. Gurunya yang lain adalah Abdurrahman bin Hurmuz, tabi'in ahli hadits, fikih, fatwa dan ilmu berdebat; juga Imam Jafar Shadiq dan Rabi Rayi. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ciri pengajaran Imam Malik adalah disiplin, ketentraman, dan rasa hormat murid kepada gurunya. Prinsip ini dijunjung tinggi olehnya sehingga tak segan-segan ia menegur keras murid-muridnya yang melanggar prinsip tersebut. Pernah suatu kali Khalifah Mansur membahas sebuah hadits dengan nada agak keras. Sang imam marah dan berkata, <i>Jangan melengking bila sedang membahas hadits Nabi</i>”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ketegasan sikap Imam Malik bukan sekali saja. Berulangkali, manakala dihadapkan pada keinginan penguasa yang tak sejalan dengan aqidah Islamiyah, Imam Malik menentang tanpa takut risiko yang dihadapinya. Salah satunya dengan Ja'far, gubernur Madinah. Suatu ketika, gubernur yang masih keponakan Khalifah Abbasiyah, Al Mansur, meminta seluruh penduduk Madinah melakukan bai'at (janji setia) kepada khalifah. Namun, Imam Malik yang saat itu baru berusia 25 tahun merasa tak mungkin penduduk Madinah melakukan bai'at kepada khalifah yang mereka tak sukai. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ia pun mengingatkan gubernur tentang tak berlakunya bai'at tanpa keikhlasan seperti tidak sahnya perceraian paksa. Ja'far meminta Imam Malik tak menyebarluaskan pandangannya tersebut, tapi ditolaknya. Gubernur Ja'far merasa terhina sekali. Ia pun memerintahkan pengawalnya menghukum dera Imam Malik sebanyak 70 kali. Dalam kondisi berlumuran darah, sang imam diarak keliling Madinah dengan untanya. Dengan hal itu, Ja'far seakan mengingatkan orang banyak, ulama yang mereka hormati tak dapat menghalangi kehendak sang penguasa. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Namun, ternyata Khalifah Mansur tidak berkenan dengan kelakuan keponakannya itu. Mendengar kabar penyiksaan itu, khalifah segera mengirim utusan untuk menghukum keponakannya dan memerintahkan untuk meminta maaf kepada sang imam. Untuk menebus kesalahan itu, khalifah meminta Imam Malik bermukim di ibukota Baghdad dan menjadi salah seorang penasihatnya. Khalifah mengirimkan uang 3.000 dinar untuk keperluan perjalanan sang imam. Namun, undangan itu pun ditolaknya. Imam Malik lebih suka tidak meninggalkan kota Madinah. Hingga akhir hayatnya, ia tak pernah pergi keluar Madinah kecuali untuk berhaji.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[5]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pengendalian diri dan kesabaran Imam Malik membuat ia ternama di seantero dunia Islam. Pernah semua orang panik lari ketika segerombolan Kharijis bersenjatakan pedang memasuki masjid Kuffah. Tetapi, Imam Malik yang sedang shalat tanpa cemas tidak beranjak dari tempatnya. Mencium tangan khalifah apabila menghadap di baliurang sudah menjadi adat kebiasaan, namun Imam Malik tidak pernah tunduk pada penghinaan seperti itu. Sebaliknya, ia sangat hormat pada para cendekiawan, sehingga pernah ia menawarkan tempat duduknya sendiri kepada Imam Abu Hanifah yang mengunjunginya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Dari Al Muwatta' Hingga Madzhab Maliki<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Mengenai al-Muwaththa’, Imam Syafi’i berkata:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">ما على طهر الأرض كتاب أصح بعد كتاب الله من كتاب مالك<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Tidak ada satu kitab pun di atas permukaan bumi ini yang lebih sahih setelah kitab Allah dari ada kitab Malik.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[6]</span></span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Mengomentari pendapat Imam Syafi’i di atas, Ibnu Taimiyah menyatakan:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 200%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 200%;">وهو كما قال الشافعي رضي الله تعالى عنه<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span lang="IN"><span dir="LTR"></span>“Dan dia (Muwaththa’ Imam Malik) sebagaimana yang dinyatakan Syafi’i RA..”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[7]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Al-Muwaththa’ adalah kitab fikih berdasarkan himpunan hadits-hadits pilihan. Santri mana yang tak kenal kitab yang satu ini. Ia menjadi rujukan penting, khususnya di kalangan pesantren dan ulama kontemporer. Karya terbesar Imam Malik ini dinilai memiliki banyak keistimewaan. Ia disusun berdasarkan klasifikasi fikih dengan memperinci kaidah fikih yang diambil dari hadits dan fatwa sahabat.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[8]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Al-Muwaththa’ merupakan kitab fikih yang berbeda dari kitab-kitab fikih lainnya, karena mencakupun sunnah <i>qawliyyah </i>dan sunnah <i>fi’lliyyah </i>sebagai landasannya, dengan mengikuti sunnah yang memiliki derajat mutawatir, dari masa ke masa.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[9]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Abu Ameenah Bilal Philips mencatat mengenai al-Muwatta’:</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">“<i>The early books of Fiqh were usually a mixture of legal rulings, Hadeeths, opinions of the Sahaabah, and of students of the Sahaabah. Al-Muwatta’ of Imam Malik is a classical example of this stage</i>.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[10]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Menurut beberapa riwayat, sesungguhnya al-Muwatta' tak akan lahir bila Imam Malik tidak “dipaksa” Khalifah Abu Ja’far al-Mansur. Setelah penolakan untuk ke Baghdad, Khalifah al-Mansur meminta Imam Malik mengumpulkan hadits dan membukukannya. Awalnya, Imam Malik enggan melakukan itu, sehingga khalifah berkata: </div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">يا أبا عبد الله، إنه لم يبق على وجه الأرض أعلم مني ومنك، وإني قد شغلتني الخلافة، فضع أنت للناس كتابا ينتفعون به، ووطئه للناس توطئة<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Ya Abu Abdillah, tidak ada orang yang lebih tahun selain aku dan engkau di atas permukaan bumi ini. Aku disibukkan oleh urusan pemerintahan, maka buatlah sebuah karya yang bermanfaat bagi manusia. Permudahlah manusia dengannya.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[11]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Berdasarkan ungkapan Khalifah di atas, maka dibuatlah sebuah karya dnegan judul <i>al-muwaththa’, </i>yang berarti <i>al-musahhil wa al-muyassir </i>(yang memberikan kemudahah).<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[12]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Namun, karena dipandang tak ada salahnya melakukan hal tersebut, akhirnya lahirlah al-Muwatta'. Ditulis di masa Abu Ja’far al-Mansur (754-775 M) dan baru selesai di masa al-Mahdi (775-785 M). </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dunia Islam mengakui Al Muwatta' sebagai karya pilihan yang tak ada duanya. Menurut Syah Walilullah, kitab ini merupakan himpunan hadits paling shahih dan terpilih. Imam Malik memang menekankan betul terujinya para perawi. Semula, kitab ini memuat 10 ribu hadits. Namun, lewat penelitian ulang, Imam Malik hanya memasukkan 1.720 hadits. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dengan 16 edisi yang berlainan. Selain Al Muwatta', Imam Malik juga menyusun kitab <i>al-Mudawwanah al-Kubra</i>, yang berisi fatwa-fatwa dan jawaban Imam Malik atas berbagai persoalan.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[13]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Imam Malik tak hanya meninggalkan warisan buku. Ia juga mewariskan mazhab fikih di kalangan Islam Sunni, yang disebut sebagai Mazhab Maliki. Selain fatwa-fatwa Imam Malik dan <i>Al Muwatta'</i>, kitab-kitab seperti <i>al-Mudawwanah al-Kubra</i>, <i>Bidayatul Mujtahid wa Nihaayatul Muqtashid</i> (karya Ibnu Rusyd), Matan <i>al-Risalah fi al-Fiqh al-Maliki</i> (karya Abu Muhammad Abdullah bin Zaid), <i>Ashl al-Madarik Syarh Irsyad al-Masalik fi Fiqh Imam Malik</i> (karya Shihabuddin al Baghdadi), dan <i>Bulgah al-Salik li Aqrab al-Masalik</i> (karya Syeikh Ahmad as Sawi), menjadi rujukan utama mazhab Maliki.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">[14]</span></span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Di samping sangat konsisten memegang teguh hadits, mazhab ini juga dikenal amat mengedepankan aspek kemaslahatan dalam menetapkan hukum. Secara berurutan, sumber hukum yang dikembangkan dalam Mazhab Maliki adalah al-Qur'an, Sunnah Rasulullah SAW., amalan sahabat, tradisi masyarakat Madinah (amal ahli al Madinah), qiyas (analogi), dan <i>al-maslahah al-mursalah</i> (kemaslahatan yang tidak didukung atau dilarang oleh dalil tertentu). </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Mazhab Maliki pernah menjadi mazhab resmi di Mekah, Madinah, Irak, Mesir, Aljazair, Tunisia, Andalusia (kini Spanyol), Marokko, dan Sudan. Kecuali di tiga negara yang disebut terakhir, jumlah pengikut mazhab Maliki kini menyusut. Mayoritas penduduk Mekah dan Madinah saat ini mengikuti Mazhab Hanbali. Di Iran dan Mesir, jumlah pengikut Mazhab Maliki juga tidak banyak. Hanya Marokko saat ini satu-satunya negara yang secara resmi menganut Mazhab Maliki.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Kitab <i>al-Mudawwanah</i> sebagai dasar fiqih madzhab Maliki dan sudah dicetak dua kali di mesir dan tersebar luas disana, demikian pula kitab al-Muwatta’. Pembuatan undang-undang di mesir sudah memetik sebagian hukum dari madzhab Maliki untuk menjadi standar mahkamah sejarah mesir.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.do" name="_ftnref6"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">[15]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Di dalam perkembangan mazhab Maliki, bahwa perkembangan suatu mazhab fikih tidak terlepas dari pembahasan mengenai pemikiran-pemikiran <i>ushul </i>dan banyaknya <i>mashadir </i>yang dimilikinya, dan para penerus setelah Imam mereka, dan juga banyaknya pemikiran hukum yang diijtihadkan. </span>Menurut Abu Zahrah, seluruh hal tersebut terdapat di dalam mazhab Maliki. Manhaj fikih mereka adalah yang paling banyak di antara mazhab-mazhab fikih lainnya.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[16]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Murid-murid Imam Malik telah memperluas pemikiran ushulnya. Di antara muridnya itu ialah ada yang menghimpun antara pemikiran fikih, filsafat, dan hikmah, yaitu Ibnu Rusyd al-Hafid, di mana orang-orang Eropa banyak belajar darinya mengenai filsafat Aristoteles. Ia juga pernah menulis sebuah buku yang berjudul <i>Tahafuf al-Tahafut, </i>merupakan sebuah karya yang berisikan kritikan terhadap pemikiran <i>Tahafut al-Falasifah </i>karya al-Ghazali. Sebagai seorang yang ahli (<i>mumtaz</i>) dalam fikih mazhab Maliki, ia juga ahli dalam bidang komparasi (<i>muqaranah</i>), yang terlihat dalam karya monumentalnya <i>Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, </i>sebuah kajian komparatif dalam bidang fikih.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[17]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Mazhab ini berkembang di berbagai daerah, dan yang paling banyak ialah di daerah Hijaz. Di Madinah, mazhab ini pernah mengalami stagnasi, hingga permasalahan <i>qadha’ </i>dipegang oleh Ibnu Farhoun, tahun 793 H., dan ia memunculkan kembali mazhab ini. Bagaimanapun, dominasinya tidak sebagaimana di daerah Hijaz.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[18]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Mazhab ini juga terlihat di Mesir bahkan ketika Imam Malik masih hidup. Keberaannya mazhab ini di Mesir tidak terlepas dari peranan murid-muridnya, seperti Abdurrahman ibn al-Qasim,<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[19]</span></span></span></a> Utsman ibn al-Hakam, Abdurrahman ibn Khalid, dan Asyhab. Di Mesir, mazhab Maliki paling dominant, sehingga kemudian hadir mazhab Syafi’i, dan akhirnya, Sultan negeri ini menjadi dua mazhab ini sebagai mazhab yang dominant di Mesir.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[20]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Di daerah Tunisia juga berkembang mazhab ini, tetapi mazhab Hanafi lebih dominant. Hal ini dikarenakan Sultan Asad ibn al-Farat, yang awalnya pengikut mazhab Maliki, berpindah kepada mazhab Hanafi. Kemudian, setelah kedatangan al-Mu’idz ibn Badisy, ia mengajak masyarakat Tunisia untuk mengikuti mazhab Maliki, demikian juga pemerintahannya ikut terlibat di dalamnya, yaitu di daerah Maghrib (Moroko). Hingga sekarang, mayoritas masyarakat Tunisia menganut mazhab ini.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn21" name="_ftnref21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[21]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Di daerah Andalus, mazhab ini memiliki perkembangan yang cukup tajam, karena juga didukung oleh Sultan. Awalnya mazhab yang dominant di daerah ini adalah mazhab al-Awza’i, seorang ahli fikih dari Syam. Kemudian, Sultan tadi itu tidak memberikan wewenang dalam pemerintahan ulama yang tidak fakih dalam mazhab Maliki.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn22" name="_ftnref22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[22]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Berdasarkan penjelasan di atas, Ibnu Hafizh al-Andalusi sampai menyatakan, bahwa terdapat dua mazhab yang awal perkembangannya didukung oleh Sultan dan pemerintah, yaitu Mazhab Hanafi di Masyriq, dan mazhab Maliki di Andalus.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn23" name="_ftnref23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[23]</span></span></span></a> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dengan demikian, mazhab Maliki ini berkembang pesat di daerah Islam sebelah Barat, dan sedikit di Timur, seperti di daerah Iraq. Hal ini dikarenakan banyak muridnya yang berada di Mesir dan Tunisia.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn24" name="_ftnref24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[24]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/Kitab-kitab/Mazhab%20Maliki.htm#_ftn6" title=""></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Pengendali kekuasaan (otoritas) tasyri’ dan Sumber Tasyri’<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pengendali tasyrik dalam Mazhab Maliki tidak bisa dipisahkan dari sumber-sumber tasyrik yang dipegang teguh oleh komunitas mazhab ini. Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwa Imam Malik, di samping seorang Faqih, juga seorang Ahli Hadits, di mana dalam meriwayatkan Hadits, Imam Malik menyandarkan periwayatan kepada orang yang menyatakannya, yang merupakan periwayatan yang <i>dhabith</i>. Hal ini dapat dilihat dari kitab al-Muwaththa’.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn25" name="_ftnref25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[25]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Imam Malik memiliki manhaj tersendiri dalam istimbat hukum Islam, akan tetapi <i>manahij </i>tersebut belum tercatat. Kemudian, para muridnya mencatat<i> manahij </i>tersebut, dan kemudian dijadikan sebagai dasar (<i>ushul</i>) bagi bangunan pemikiran fikih Imam Malik dan mazhabnya.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn26" name="_ftnref26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[26]</span></span></span></a> Qadhi ‘Iyadh di dalam <i>Al-Madarik </i>menjelaskanmengenai dasar-dasar umum yang menjadi manhaj Imam Malik dalam istimbat.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn27" name="_ftnref27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[27]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Secara ringkas, manhaj yang ditempuh di dalam Mazhab Maliki ia mendasarkan pendapat <i>fiqhiyyah </i>pada al-Qur’an; apabila tidak diperoleh informasi pasti dari al-Qur’an, maka mereka menyandarkannya kepada Sunnah (yang termasuk sunnah di sini ialah Hadits Nabi, Fatawa Sahabat dan keputusan hukum mereka, dan <i>‘amal </i>penduduk Madinah); kemudian bila masalah belum terlesaikan dengan berpegang kepada kedua di atas, maka mereka menyandarkan pendapat kepada <i>qiyas </i>(yaitu mencari kesamaan illat antara hukum yang sedang dicari pemecahan [furu’] dengan hukum yang dinashkan [ashl]); di sampng qiyas, terdapat juga al-mashlahah, sadd al-dzara’i’, al-‘urf, dan al-‘adat.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn28" name="_ftnref28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[28]</span></span></span></a> Berikut penjelasannya:</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Kitab Allah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Imam Malik menjadikan Kitab Allah (al-Qur’an) sebagai dasar bagi hujjah dan dalil terhadap berbagai permasalahan hukum,<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn29" name="_ftnref29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[29]</span></span></span></a> dan sebagai sumber hukum primer yang digunakan tanpa pra-syarat dalam berbagai implikasinya.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn30" name="_ftnref30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[30]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dia memahami nash secara sharih, tanpa ditakwil, kecuali ada dalil yang mewajibkannya untuk ditakwil. Di dalam memahami nash, ia menggunakan <i>mafhum al-muwafaqah </i>dengan <i>fahw al-khithab, </i>seperti dalam firman-Nya berikut:<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn31" name="_ftnref31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[31]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">إن الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما إنما بأكلون في بطونه نارا وسيصلون سعيرا<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Larangan yang terdapat dalam nash dipahami secara <i>fahw al-khithab</i>, yaitu seperti merusaknya, dari pada hanya memakannya.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn32" name="_ftnref32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[32]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Tetapi juga Imam Malik menggunakan <i>mafhum mukhalafah</i>, seperti dalam Hadits:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">في السائمة زكاة</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Lafaz <i>al-saa’imah </i>yang dimaksud di dalam Hadits di atas ialah gerombolan unta yang digembalakan di padang rumput yang mubah, maka terdapat zakat di dalamnya. <i>Mafhum al-mukhalafah</i>-nya ialah bahwa ternak yang dipelihara sendiri tidak terdapat zakat di dalamya. Dengan demikian, kewajiban mengeluarkan zakat ternak, di dalam mazhab ini, tidak didasarkan pada hadits ini, tetapi didasarkan pada dalil lain.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn33" name="_ftnref33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[33]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Mereka juga memperhatikan <i>illat </i>hukum, seperti dalam firman-Nya berikut:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt;">قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ</span><span dir="LTR" style="font-size: 20pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><span lang="IN">“Katakanlah: ‘Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi – karena sesungguhnya semua itu kotor – atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah’.” (QS. Al-An’am/6: 145).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><span lang="IN">Illat </span></i><span lang="IN">pengharaman yang terdapat di dalam ayat di atas ialah kotor (<i>rijs</i>); yang diartikan sebagai yaitu makanan yang buruk dan sudah terserang wahab penyakit. Dengan demikian, setiap makanan yang termasuk dalam kategori <i>rijs </i>adalah haram juga.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn34" name="_ftnref34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[34]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Sunnah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sunnah di dalam mazhab Maliki – sebagaimana mazhab lainnya – dianggap sebagai sumber terpenting kedua di dalam hukum Islam. Yang dimaksud sunnah di sini ialah yang berderajat mutawatir, dan juga masyhur. Mazhab ini juga mengambil dari beberapa perkataan beberapa sahabat yang aman dari dusta, atau riwayat sekelompok tabiin yang tidak mungkin bersepakat dusta. Jelasnya, mazhab ini mengambil kemasyhuran sunnah dari masa tabi’in dan tabi’ tabi’in. adapun setelah generasi ini tidak dianggap lagi, karena masa-masa tersebut tadi mendekati derajat <i>tawatur </i>dari segi kekuatan istidlal.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn35" name="_ftnref35" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[35]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Mereka juga menggunakan Hadits Ahad, yaitu hadits yang tidak sampai derajat mutawatir dan juga masyhur pada masa tabi’in, tidak pula pada masa tabi’in. dalam hal ini, amal penduduk Madinah lebih didahulukan daripada Hadits Ahad, dan bahkan mereka mendahulukan qiyas daripada Hadits Ahad.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn36" name="_ftnref36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[36]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Diriwayatkan dari Qadhi ‘Iyadh dan Ibnu Rusyd di dalam <i>al-Muqaddimat al-Mumahhidat, </i>bahwa Imam Malik mendahulukan qiyas daripada Hadits Ahad, sebagaimana yang dilakukan Imam Malik, dan ia mendahulukan <i>al-ra’y</i>, sebagaimana di dalam Hadits mengenai <i>khiyar al-majlis, </i>yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar:<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn37" name="_ftnref37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[37]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 200%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 200%;">البيعان بالخيار ما لم يتفرقا</span><span dir="LTR" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Hadits di atas menyatakan bahwa dua orang pelaku kontrak dapat membatalkan kontrak selama keduanya belum berpisah. Tetapi Hadits ini ditolak oleh Imam Malik dengan perkataannya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">ليس عندنا حد معروف</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify;"><span lang="IN">“Kita tidak memiliki batasan yang diketahui.” Alasan yang diberikannya ialah bahwa majlis tidak memiliki masa tertentu yang dimaklumi.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn38" name="_ftnref38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[38]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Imam Malik juga meninggalkan Hadits Ahad dalam masalah puasa 6 hari di bulan Syawwal yang dimulai pada hari berikutnya setelah hari raya, karena hal ini cenderung menambah-nambah Ramadan.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn39" name="_ftnref39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[39]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Contoh-contoh yang tersebut di atas banyak terdapat di dalam mazhab ini, terutama Imam Malik, di mana dia menolak Hadits Ahad dan beralih kepada qiyas atau maslahah. Di sini terlihat bahwa Imam Malik tidak hanya faqih Hadits, tetapi juga faqih <i>al-ra’y</i>.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn40" name="_ftnref40" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[40]</span></span></span></a></span><span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Amal Penduduk Madinah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Imam Malik menganggap amal penduduk Madinah sebagai hujjah, apabila amal tersebut dinaql dari Nabi SAW..<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn41" name="_ftnref41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[41]</span></span></span></a> Dia menyebut perkataan gurunya, Rabi’ah ibn Abdirrahman:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 200%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 200%;">ألف عن ألف خير من واحد عن واحد</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">“Seribu dari seribu orang (perbuatan) lebih baik dairpada satu dari satu orang (periwayatan).”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn42" name="_ftnref42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[42]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Menurut Utsman Syausan, Imam Malik belum menyusun ushulnya yang dia jadikan sebagai dasar pembinaan fiqhnya, dan dia juga tidak menjelaskan seluruhnya, hal demikian telah berlangsung antara Imam Malik dengan Imam al-Laits bin Sa’ad dalam isyarat kepada sebagian kaidah-kaidah <i>ushuliyah</i> yang dikeluarkan berdasarkan asas-asasnya, sebagai rincian dari hukum-hukum <i>furu’</i> sebagaimana tercatat dalam risalahnya “Apabila terjadi suatu hal di Madinah secara dzahir maka diamalkan, dan aku tidak mendapatkan perselisihan di dalamnya; bagi warisan yang terdapat pada mereka yang tidak boleh seorang pun menjiplaknya dan mengakuinya”.</span><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn43" name="_ftnref43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[43]</span></span></span></a><span lang="IN"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Dengan demikian, Imam Malik mendahulukan amal penduduk Madinah – di mana asanya adalah <i>al-ra’y </i>– daripada Hadits Ahad.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn44" name="_ftnref44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[44]</span></span></span></a> Hal ini bukan berarti amal pendudukan Madinah berseberangan dengan Hadits Nabi, melainkan sebagai upaya kombinasi antara <i>‘aql </i>dan <i>naql</i>, tegasnya, antara Hadits Ahad dengan pemikiran ijtihad.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn45" name="_ftnref45" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[45]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Sandaran kepada amal penduduk Madinah ini, sebenarnya, telah ada di kalangan qadi sebelum Imam Malik, seperti riwayat Qadhi Muhammad ibn Abi Bakar yang ditanya mengenai keputusan yang diambilnya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">قيل له: ألم يأت في هذا حديث كذا؟ فقال: بلى، فقيل له: فما بالك لا تقضي به؟، فقال: فأين الناس عنه؟</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><span lang="IN">“Dikatakan kepada Imam Malik: “Apakah tidak terdapa dalam masalah ini suatu Hadits yang seperti ini?”, ia berkata: “Ya, ada!”. Maka ditanyakan lagi kepadanya: “Apa alasanmu tidak memutuskan dengannya?”, maka dijawab oleh Imam Malik: “Mana orang-orang yang mengamalkannya?”.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn46" name="_ftnref46" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[46]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Maksud kesepakatan di sini ialah apa yang disepakati oleh <i>al-shulaha’ </i>dari penduduk Madinah. Di sini terlihat bahwa amal penduduk Madinah lebh kuat, dengan alasan bahwa amal tersebut pun dinaql dari Nabi SAW.,<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn47" name="_ftnref47" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[47]</span></span></span></a> dan amal tersebut bersifat natural, dalam arti adanya kombinasi antara <i>naql</i> dan <i>‘aql</i> yang dilakukan oleh penduduk Madinah.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn48" name="_ftnref48" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[48]</span></span></span></a> Kesimpulan ini terlihat dari catatan Joseph Schacht sebagai “<i>living tradition</i>”, yakni sunnah yang hidup.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn49" name="_ftnref49" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[49]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Penjelasan di atas merupakan bukti dari hujjahnya “amal penduduk Madinah”, yang merupakan salah satu landasan ushulnya. Terdapat dalam kitabnya <i>al-Muwaththa’</i> yang menekankan pengertian ini, sebagaimana tampak jelas dalam <i>istidlal</i>-nya dalam sejumlah hukum cabang, di antaranya:<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn50" name="_ftnref50" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[50]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Fatwa Sahabat</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Imam Malik menganggap fatwa Sahabat di sini sebagai perkataan yang wajib diamalkan. Karena itu terdapat riwayat yang mengenainya bahwa ia mengamalkan fatwa sebagian sahabat dalam manasik haji, dan meninggalkan amalan yang disandarkan pada Nabi SAW. dengan asumsi bahwa apa yang dilakukan sahabat itu tidak sebagaimana anjuran Nabi SAW, dan juga, manasik itu tidak mungkin diketahui melainkan melalui jalan <i>naql</i>.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn51" name="_ftnref51" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[51]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Imam Malik mengambil perkataan sahabat dalam suatu perkara yang tidak diketahui kecuali dengan jalan naql sebagai Hadits. Dengan demikian, apabila terdapat pertentangan antara dua <i>ashl</i>, maka ia memiliki di antara keduanya mana yang paling kuat sanadnya dan paling relevan dengan prinsip umum hukum Islam.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn52" name="_ftnref52" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[52]</span></span></span></a></span><span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Qiyas, Maslahah Mursalah, dan Istihsan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Prinsip pemikiran fikih yang dikembangkan oleh Imam Malik ialah mempermudah, dan tidak mempersusus, hal ini sesuai dengan karya monumentalnya <i>Al-Muwaththa’</i>, yang berarti mempermudah.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn53" name="_ftnref53" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[53]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Imam <span lang="IN">Malik</span> mengartikan qiyas sebagai:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">القياس إلحاق أمر غير منصوص على حكمه بأمر منصوص على حكمه لاشتراكهما في وصف علة الحكم<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span lang="IN"><span dir="LTR"></span>“Qiyas ialah menghubungkan hukum suatu perkara yang tidak dinashkan dengan hukum suatu perkara yang dinashkan karena kesamaannya dalam sifat illat hukum.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn54" name="_ftnref54" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[54]</span></span></span></a></span><span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">الاستحسان ترجيح حكم المصلحة الجزئية على حكم القياس</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">“Istihsan ialah mentarjih hukum maslahat yang partikular atau hukum (yang dihasilkan) oleh qiyas.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn55" name="_ftnref55" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[55]</span></span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Apabila qiyas memerlukan pertalian hukum yang tidak dinashkan dengan hukum tertentu yang dinashkan, maka maslahat particular (<i>al-mashlahah al-juz’iyyah</i>) mengharuskan selain itu, maka yang demikian inilah yang disebutkan dengan <i>al-istihsan</i>. Dengan kata lain, istihsan ialah ketetapan maslahat karena tidak adanya nash (<i>hukm al-mashlahah haitsu la nash</i>), sama saja apakah pokok permasalahan hukum itu bersumber dari qiyas atau tidak.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn56" name="_ftnref56" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[56]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Termasuk juga <i>al-mashlahah al-mursalah </i>yang tidak terdapat dalil khusus yang menganggapnya atau menolaknya. Pengambilan ini disyaratkan dalam rangka menolak kesulitan (<i>li daf’ al-harj</i>), dan maslahat itu dikatakan muktabar di dalam syariat Islam selama tidak dalil khash yang mentakhsiskannya.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn57" name="_ftnref57" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[57]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Imam Malik menyebut pengambilan <i>al-mashalih </i>ini sebagai <i>al-istihsan, </i>sebagaimana perkataannya:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">الاستحسان تسعة أعشار العلم</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">“Istihsan ini sembilan per sepuluh ilmu.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn58" name="_ftnref58" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[58]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Berpegang teguh dengan qiyas tehadap hal-hal yang tidak ada dalilnya hanya mempersempit pandangan Islam, sehingga Ibnu al-Wahb berkata:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">المغرق في القياس يكاد يفارق السنة</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">“Tenggelam dalam qiyas hampir dapat meninggalkan Sunnah.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn59" name="_ftnref59" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[59]</span></span></span></a></span><span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Ringkasnya ialah bahwa Imam Malik menggunakan hukum maslahat bila tidak terdapat nash al-Qur’an atau Sunah Nabi SAW. yang menjelaskan perkara yang dimaksud, karena pada prinsipnya, keberadaan syariat Islam ialah demi kemasalahatan manusia. Seluruh nash syarak, tidak diragukan lagi, berkenaan dengan maslahat. Oleh karena itu, bila tidak terdapat nash mengenai suatu hal, maka hukum maslahat yang benar dan sesuai dengan maksud-maksud syarak adalah syariat Allah juga.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn60" name="_ftnref60" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[60]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Imam al-Syathibi menyatakan:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt;">فإنه استرسل فيه استرسال المدل العريق في فهم المعاني المصلحية نعم مع مراعاة مقصود الشارع أن لا يخرج عنه ولا يناقض أصلا من أصوله حتى لقد استشنع العلماء كثيرا من وجوه استرساله زاعمين أنه خلع الربقة وفتح باب التشريع وهيهات ما أبعده من ذلك ! رحمه الله بل هو الذي رضي لنفسه في فقهه بالاتباع بحيث يخيل لبعض أنه مقلد لمن قبله بل هو صاحب البصيرة في دين الله</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><span lang="IN">“Imam Malik telah menguraikan dalil-dalil ashl dalam pemahaman makna yang maslahat dnegan tetap memelihara maksud Syari’, tidak lari darinya, dan tidak (pula) menentangi ashl dari ushul-nya, sehingga banyak ulama memandang buruk pada aspek penguraiannya (berkenaan dengan maslahat) dan mencurigai bahwa dia (Imam Malik) hanya melepaskan kesulitan (dalam mengkaji dalil-dalil), dan kemudian membukan pintu tasyrik (yang baru). Mustahil! Begitu terhindar beliau dari hal demikian, bahkan fikihnya yang disukai untuk diikuti, di mana sebagian manusia menyangka bahwa dia bertaklid pada orang-orang sebelumnya, bahkan dia adalah <i>shahib al-bashirah</i> di dalam agama Allah.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn61" name="_ftnref61" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[61]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al-Dzara’i’<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Masalah <i>al-dzara’i’ </i>ini<i> </i>terdapat banyak dalam masalah <i>furu’iyyah</i>, yang sasarannya ialah bahwa sesuatu yang mengarah kepada yang haram maka menjadi haram, sesuatu yang mengarah kepada yang halal maka menjadi halal. Demikian sesuatu yang mengarah pada masalahat maka diajurkan dan dituntut, dan sesuatu yang mengarah kapada mafsadat adalah haram.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn62" name="_ftnref62" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[62]</span></span></span></a></span><span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Keberadaan <i>al-dzara’i’ </i>ini merupakan suatu kemestian hukum, dikarenakan suatu perbuatan memiliki implikasi yang berupa tujuan atau maksud tertentu, baik atau buruknya, dapat mendatangkan maslahatan atau mafsadat. Perbuatan-perbuatan itu dapat bersifat <i>taklifi </i>(pembebanan), sebagaimana dalam <i>al-ahkam al-khamsah</i>.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn63" name="_ftnref63" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[63]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><span lang="IN">Al-dzara’i’ </span></i><span lang="IN">ini, dilihat dari tingkat kerusakan yang ditimbulkannya, terbagi kepada empat macam, yaitu:<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn64" name="_ftnref64" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[64]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><i><span lang="IN">Al-dzara’i’ </span></i></span><span lang="IN">yang dapat membawa kepada kerusakan secara pasti. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Dengan kata lain, apabila perbuatan <i>al-dzara’i’ </i>itu tidak dihindarkan, pasti akan terjadi kerusakan (mafsadat). Contohnya ialah menggali lubang di tanah dekat pintu rumah seseorang di waktu gelap, dan setiap orang yang keluar dri rumah itu pasti akan terjatuh ke dalam lubang itu. Sebenarnya penggaliang lubang itu tidak ada masalah, akan tetapi, karena dapat menimbulkan mafsadat bagi orang lain, maka hal demikian dilarang.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn65" name="_ftnref65" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[65]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><i><span lang="IN">Al-dzara’i’ </span></i></span><span lang="IN">yang membawa kepada kerusakan menurut biasanya, dengan arti kalau <i>al-dzara’i’ </i>itu dilakukan, maka kemungkinan besar akan timbul kerusakan atau akan dilakukannya perbuatan terlarang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Contohnya ialah menjual anggur kepada pabrik pengolahan minuman keras, atau menjual pisau kepada penjahat yang sedang mencari musuhnya. Menjual anggur itu boleh-boleh saja, akan tetapi, menurut kebiasaan, pabrik demikian akan memproduksi minuman keras. Dengan demikian, menjual anggur dalam kondisi demikian menjadi terlarang. Demikian juga dalam contoh kedua, di mana pisau yang dijual itu, dalam kondisi demikian, kemungkinan besar digunakan untuk membunuh. Karena itu, menjual pisau dalam kondisi demikian menjadi terlarang.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn66" name="_ftnref66" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[66]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><i><span lang="IN">Al-dzara’i’ </span></i></span><span lang="IN">yang membawa kepada perbuatan terlarang menurut kebanyakannya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Hal ini berarti bila <i>al-dzara’i’ </i>itu tidak dihindarkan, seringkali sesudah itu akan mengakibatkan berlangsungnya perbuatan terlarang. Umpamanya jual beli kredit. Memang tidak selalu jual beli kredit itu membawa kepada riba, namun dalam prakeknya sering dijadikan sarana untuk melakukan riba.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn67" name="_ftnref67" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[67]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><i><span lang="IN">Al-dzara’i’ </span></i></span><span lang="IN">yang jarang sekali membawa kepada kerusakan atau perbuatan terlarang. Dalam hal ini, seandainya perbuatan itu dilakukan, belum tentu akan menimbulkan kerusakan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Umpamanya menggali lubang di kebun sendiri yang jarang dilalui orang. Menurut kebiasaannya, tidak ada orang yang lewat di tempat itu yang nantinya dapat menyebabkannya terjatuh ke dalam lubang itu. Namun tidak tertutup kemungkinan ada yang nyasar dan terjatuh ke dalam lubang itu.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn68" name="_ftnref68" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[68]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Menurut Abu Zahrah, dari keempat hal di atas, Mazhab Maliki mengharamkan dua yang pertama, karena kecenderungan mafsadar darinya lebih besar dan dominan, adapun dua yang terakhir, tidak haram hukumnya.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn69" name="_ftnref69" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[69]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat dikatakan, bahwa mazhab Malikiyah disebutkan sebagai mazhab yang subur yang mendasarkan fikihnya pada maslahat, yakni menghubungkan dalil-dalil syarak dengan kemasalahatan manusia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="IN">D.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span lang="IN">Karakteristik Mazhab Maliki<o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Karakteristik mazhab Maliki dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspe</span>k metodologi fikih (<i>ushul al-fiqh</i>) dan aspek substansi fikih (<i>al-fiqh</i>).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Aspek metodologi (<i>ushul al-fiqh</i>)<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Memiliki <i>mashdar </i>yang banyak</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Abu Ameenah menyebut sebanyak sembilan <i>mashdar</i>, yaitu al-Qur’an, Sunnah, amal penduduk Madinah, Ijmak Sahabat, pemikiran individu sahabat, qiyas, adat istiadat penduduk Madinah, istishlah, dan ‘urf.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn70" name="_ftnref70" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[70]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Abu Zahrah menyebut mashdar dari ushul mazhab Maliki sebanyak delapan, yaitu al-Kitab, Sunnah, amal penduduk Madinah, Fatwa Sahabat, qiyas, maslahah mursalah, istihsan, dan al-dzara’i’<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn71" name="_ftnref71" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[71]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Melihat banyaknya sumber-sumber yang digunakan mazhab maliki, maka tidak heran bila ulama mazhab ini memiliki keluasan di dalam berijtihad, sehingga mereka mampu melahirkan banyak sekali kaidah, baik dalam aspek metodologis (Ushul al-Firh) ataupun asapek produk (Fiqh).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dalam masalah amal penduduk Madinah, Imam Malik menjadikannya sebagai hujjah daripada menggunakan hadits Ahad, karena itulah, amal penduduk Madinah merupakan salah satu landasan ushulnya. Terdapat dalam kitabnya <i>al-Muwaththa’</i> yang menekankan pengertian ini, sebagaimana tampak jelas dalam <i>istidlal</i>-nya dalam sejumlah hukum cabang, di antaranya: <span lang="FI">Perkataannya: “<i>Perkara ini merupakan yang diketahui kebanyakan manusia dan ahli ilmu di negeri kita</i>……”; dan juga perkataannya” ”<i>Perkara ini merupakan perkara yang terdapat pada kita</i>....”;</span> demikian juga <span lang="FI">perkataannya: ”<i>Dan hal yang demikian masih terdapat pada ahli ilmu di negeri kita</i>,”.</span><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn72" name="_ftnref72" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[72]</span></span></span></a><span lang="FI"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Keragaman <i>uhsul</i> dan <i>mashdar</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Hal ini menghubungkan antara <i>al-naql al-tsabit </i>dengan <i>al-ra’y al-shahih </i>yang diperoleh pemahamannya dari syarak dan disandarkan padanya, seperti qiyas. Dengan adanya keragaman usul dan masdar ini menyebabkan pemahaman terhadap <i>naql </i>dalam mazhab ini tidak kaku, beku, dan statis. Hal inilah yang membedakan mazhab ini dengan mazhab <i>ahl al-Hadits</i> dan <i>ahl al-ra’y</i>. Abu Zahrah menyatakan, bahwa Imam Malik tidak hanya <span lang="IN">faqih Hadits, tetapi juga faqih <i>al-ra’y</i>.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn73" name="_ftnref73" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[73]</span></span></span></a> </span> Ini merupakan rahasia <i>wasathiyah</i> mereka, yang terlihat jelas di dalam kehidupan dan pendirian pendiri mazhab mereka.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Keluasan dalam <i>istidlal</i> dan <i>istimbath</i> usul yang disepakati</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Hal ini membantu para mujtahid di dalam upaya mengembangkan pemikiran ijtihadi dan istimbat mereka. Karena di dalam memahami teks-teks al-Qur’an dan Sunnah tidak cukup dengan pemahaman <i>nash </i>dan <i>zhahir </i>saja, tetapi juga mesti dipahami dari aspek <i>mafhum mukhalafah</i> dan <i>muwafaqah</i>, dan juga seperti dalalah <i>al-iqtiran</i>. Seperti dalam firman-Nya:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 200%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 63pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 200%;">والخيلَ والبغالَ والحميرَ لتركبوها وزينةً<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagaldan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan.” (QS. Al-Nahl/16: 8).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ayat ini menyatakan ketidak-wajiban mengeluarkan zakat kuda (<i>al-khail</i>), karena ia digandengkan (<i>dalalah al-iqtiran</i>) dengan keledai (<i>al-hamir</i>), di mana keledai tidak dikeluarkan zakatnya. Hal ini dijelaskan secara lebih rinci di dalam pembahasan mengenai analogi (qiyas).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sebagian fuqaha ada yang membuat kriteria qiyas dan mempersempit bidang kajian ini; mereka tidak menerima menqiyaskan sesuatu yang telah ditetapkan dengan qiyas, tidak pula <i>al-qiyas al-murakkab</i> (<span dir="RTL" lang="AR-SA">القياس المركب</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>)<i>, </i>dan<i> al-qiyas ‘ala makhshush </i>(<span dir="RTL" lang="AR-SA">القياس على مخصوص</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>)<i>, </i>dan<i> qiyas al-‘aks </i>(<span dir="RTL" lang="AR-SA">قياس العكس </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>); dan mereka melarang qiyas dalam masalah hudud (<span dir="RTL" lang="AR-SA">الحدود</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>), kafarat (<span dir="RTL" lang="AR-SA">الكفارات</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>), rukhshah (<span dir="RTL" lang="AR-SA">الرخص</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>), sebab (<span dir="RTL" lang="AR-SA">السباب</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>), syarat (<span dir="RTL" lang="AR-SA">الشروط</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>), dan al-mawani’ (<span dir="RTL" lang="AR-SA">الموانع</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>).<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn74" name="_ftnref74" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[74]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Kaidah mengenai <i>Ta’shil </i>dalam <i>takhrij al-furu’ ‘ala al-Ushul</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Terlihat jelas bahwa ulama Malikiyah memberikan perhatian dalam masalah <i>al-ta’shil </i>(menerangkan asalnya) bagi takhrij dalam sejumlah pemikiran ijtihadi yang terlihat dari usaha-usaha berikut:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="FI">Melakukan istimbat dalam masalah kaidah-kaidah ushul, yang sebagiannya yang terdapat dalam masalah <i>furu’</i>.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="FI">Menjelaskan arahan (<i>masyru’iyyah</i>) <i>takhrij</i>.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="FI">Menjelaskan martabah <i>al-mukharrij </i>dalam martabat fuqaha dan mujtahidin, kondisi-kondisinya dan juga karakteristiknya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="FI">Menjelaskan kondisi-kondisi yang mesti dipelihara di dalam melakukan takhrij.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="FI">Menjelaskan hukum yang disandarkan pada hukum-hukum yang ditakhrij kepada mazhab atau kepada Imam mazhab.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="FI">Menjelaskan tentang kaidah-kaidah takhrij di antara hukum-hukum yang ditakhrij, di antaranya dan di antara yang lainnya, seperti hukum-hukum yang terdapat dalam mazhab lain.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="FI">Menjelaskan hukum memberikan fatwa dalam hukum-hukum yang ditakhrij, dan pengamalannya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="FI">Menjelaskan karya-karya yang dihimpun oleh hukum-hukum yang ditakhrij dalam mazhab.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="FI">Menjelaskan cara praktis dari takhrij.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn75" name="_ftnref75" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[75]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Hal-hal yang disebutkan di atas telah dijelaskan di dalam beberapa kitab, di antaranya ialah:<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn76" name="_ftnref76" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[76]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Pertama, Kitab al-Ushul, yang mencakup kaidah-kaidah ushuliyah dalam mazhab yang ditakhrij atasnya, sebagaimana juga yang dicakup dalam pembahasan yang berhubungan dengan <i>mukharrij</i>, yang di antaranya terdapat dalam bab-bab ijtihad dan taklid.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn77" name="_ftnref77" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[77]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Kedua, kitab-kitab <i>Al-Mathulat fi al-Fiqh, </i>yang terkadang terdapat di dalam mukadimahnya, terkadang terdapat dalam bab <i>al-qadha</i>, seperti dalam kitab <i>Mahawahib al-Jalil Syarh Mukhtashar Khalil </i>karya al-Khthab; dan kitab <i>Syarh al-Zarqani ’ala Mukhtashar Khalil </i>karya al-Zarqani, dan kitab <i>Syarh al-Kharsi ’ala Mukhtashar Khalil, </i>karya al-Kharsi.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn78" name="_ftnref78" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[78]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Ketiga, kitab-kitab mengenai etika qadha dan hukum-hukumnya, seperti kitab <i>Tabshirah al-Hukkam, </i>karya Ibnu Farhun.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn79" name="_ftnref79" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[79]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Keempat, kitab-kitab <i>al-mushthalahat al-fiqhiyyah</i>, seperti kitab <i>Kasyaf al-Niqab al-Hajib min Mushthalah ibn al-Hajib</i>, karya Ibnu Farhun.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn80" name="_ftnref80" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[80]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Kelima, sebagian kitab ulama kontemporer sekitar mazhab Maliki, seperti kitab <i>Malik</i>, karya Abu Zahrah; <i>al-Madzhab ’inda al-Malikiyyah, </i>karya Muhammad Ibrahim Ahmad Ali.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn81" name="_ftnref81" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[81]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Sebab-sebab gerakan takhrij dalam mazhab Malikiyah, di antranya disebabkan ketetapan Ushul mazhab dan kepentingan terhadapnya. Kedua, banyaknya ulama mujtahid dalam mazhab. Kemudian, luasnya penyebaran mazhab di negeri yang bermacam-macam, di mana qadha dilaksanakan atas dasar mazhab Maliki.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn82" name="_ftnref82" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[82]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Permasalahan tersebut di atas telah ditulis di dalam beberapa kitab mazhab, seperti kitab-kitab fatwa dan hukum-hukum nawazil, di antaranya ialah <i>al-I’lam bi Nawazil al-Ahkam, </i>karya Abu al-Ashbugh, <i>al-Ahkam, </i>karya al-Maliqi, <i>al-Nawazil</i>, karya Ibnu Basytaghir, <i>al-Nawazil </i>dan <i>Fatawa Ibn Rusyd, </i>karya Ibnu Rusydi, <i>al-Fatawa, </i>karya Abu Ishaq al-Syathibi, dan Kitab <i>Jami’ Masa’il al-Ahkam lima Nazala min al-Qadhaya bi al-Mutftin wa al-Hukkam</i>, karya Ahmad al-Barzali.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn83" name="_ftnref83" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[83]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Kemuudian, di samping kitab-kitab fatwa dan hukum <i>nawazil</i>, juga kitab <i>syarh </i>kitab <i>al-Muwaththa’ </i>karya Imam Malik, yang terpenting di antaranya ialah kitab <i>al-Tamhid lima fi al-Muwaththa’ min al-Mma’ani wa al-Asanid, </i>karya Hafizh ibn Abd al-Birr, dan Kitab <i>al-Muntaqa Syarh al-Muwaththa’</i>, karya Abu al-Walid al-Baji.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn84" name="_ftnref84" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[84]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Terdapat juga kitab-kitab Takhrid, di antaranya ialah <i>Miftah al-Wushul ila Bina’ al-Furu’ ’ala al-Ushul</i>, karya Abu Abdillah al-Tilmasani. Kemudian kitab <i>al-khilaf, </i>di antaranya <i>Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, </i>karya Ibnu Rusydi, dan kitab <i>al-furuq</i>, di antaranya <i>Anwar al-Buruq fi Anwa’ a-Furuq, </i>yang lebih dikenal sebagai <i>al-Furuq,</i> karya Syihab al-din al-Qurafi.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn85" name="_ftnref85" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[85]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Aspek substansi fikih (<i>al-fiqh</i>)<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Elastisitas dan toleransi terhadap mazhab lainnya, dan syariat <i>samawi </i>sebelumnya, yang terlihat dari hal berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Dalam pengambilan syariat sebelumnya, selama belum terdapat <i>nasikh </i>yang menghapusnya, sebagaiman dalam hal <i>ji’alah </i>dan <i>kifalah</i>, yang merupakan syariat Nabi Yusuf AS., sebagaimana dalam firman-Nya:<i><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">قاَلُوْا نَفْقِدُ صُواَعَ الْمَلِكِ وَلِمَنْ جاَءَ بِه حِمْلُ بَعِيْرٍ وَأَناَ بِه زَعِيْمٌ<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“<i>Penyeru-penyeru itu berkata: ‘Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya</i>.” (QS. Yusuf/12: 72).<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Demikian juga kebolehan <i>al-ijarah </i>dan pernikahan atas dasar manfaat (pragmatis),<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn86" name="_ftnref86" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[86]</span></span></span></a> sebagaimana perkataan Nabi Syu’arib kepadaMusa berikut:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">قاَلَ إِنِّيْ أُرِيْدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هاَتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَماَنِيَ حِجَجٍ<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span lang="IN"><span dir="LTR"></span>“<i>Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun</i>.” (QS. Al-Qashash/28: 27).<i><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Keboleh untuk mengikuti hal yang bertentangan di dalam masalah furu’, seperti meninggalkan salah satu syarat dari syarat-syarat shalat, atau salah satu dari rukunnya, yaitu apabila Imam menganggapnya sebagai sesuatu yang bukan syarat atau rukun shalat, sebagaimana dalam mazhab Hanafiyah.<i><o:p></o:p></i></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Menolak untuk mengkafirkan atau menjelekkan orang muslim lainnya dengan hawa nafsu dan dosa. Imam Malik pernah ditanya mengenai Muktazilah apakah mereka Kafir, maka dijawabnya: <i><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">من الكفر فروا<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“<i>Bila terdapat kekafiran di dalamnya, maka hindarilah</i>”.<i><o:p></o:p></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Membenarkan hukum yang dikeluarkan oleh seorang hakim, dan tidak boleh untuk menentangnya, walau bertentangan dengan mazhab yang masyhur atau pendapat terkuat dalam mazhab Maliki. Berkaitan dengan hal inilah kaidah berikut:<i><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">حكم الحاكم يرفع الخلاف<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Keputusan seorang hakim menghilangkan perselisihan.”<i><o:p></o:p></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">5)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Ketetapan dalam masalah <i>al-amr bi al-ma’ruf wa al-nahy ‘an al-munkar</i>, bahwa terhadap permasalah yang diperselisihkan, <i>al-amr bi al-ma’ruf wa a-nahy ‘an al-munkar </i>tidak diwajibkan. Ini merupakan kaidah terpenting dalam penegasan solidaritas antar mazhab dan kelompok-kelompok yang berbeda, dan menjaganya dari perpecahan.<i><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">6)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Demikian juga ketetapan mazhab Maliki, bahwa bila tidak terdapat suatu <i>nash </i>dalam mazhab, pada hukum-hukum yang belum terdapat dalilnya, maka boleh mengikuti pendapat mazhab Syafi’i atau Hanafi, atau yang lainnya.<i><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">7)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Keberatan Imam Malik terhadap permintaan Khalifah Abbasiyah yang hendak menjadikan mazhabnya sebagai mazhab negara dan mewajibkan seluruh ulama (imam-imam fikh) untuk mengikutinya.<i><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">8)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Kebolehan untuk mengikuti mazhab lainnya dalam kondisi tertentu, karena kesulitan bila tetap bertahan dengan fikih Maliki, atau karena suatu keperluan, atau sebab-sebab lainnya. Hal ini terlihat dari riwayat berikut:<i><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt;">روي عن مالك أنه دخل المسجد بعد صلاة العصر وجلس ولم يصل تحية المسجد، فقال له صبي: قم يا شيخ فاركع ركعتين!، فقالم فصلاهما، فقيل له في ذلك، فقال: خشيت أن يصدق على قوله تعالى: "وَإِذاَ قِيْلَ لَهُمُ ارْكَعُوْا لاَ يَرْكَعُوْنَ".<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 126pt; text-align: justify;">Diriwayatkan, bahwa Imam Malik memasuki masjid setelah shalat Ashar, kemudian duduk dan tidak melaksanakan shalat tahiyyat al-Masjid, maka berkatalah seorang anak kecil: “Berdirilah ya Syaikh, shalatlah dua rakaat!”. Kemudian beliau berdiri dan melaksanakan shalat dua rakaat. Kemudian beliau ditanyakan mengenai masalah tersebut, beliau menyatakan: “Aku khawatir akan kebenaran firman-Nya, “Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Ruku’lah (shalatlah<span lang="IN">)</span>, mereka tidak ruku’ (shalat).”</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 126pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dari sini terlihat kelapangan fikih mazhab ini terhadap mazhab lainnya dan kemaslahatannya, akan tetapi, walaupun demikian, tidak lantas menghilangkan karakteristik mazhab ini.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Penerimaannya terhadap permasalahan-permasahalah baru sebagai akibat perkembangan dan pembaharuan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Penerimaan ini dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah, yaitu melalui pemahaman terhadap <i>al-‘adah al-hasanah </i>(<span dir="RTL" lang="AR-SA">العادة الحسنة</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>)<i>, al-mashlahah al-mursalah </i>(<span dir="RTL" lang="AR-SA">المصلحة المرسلة</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>)<i>, sadd al-dzara’i’</i> (<span dir="RTL" lang="AR-SA">سد الذرائع</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>);<span lang="IN"> karena hal-hal tersebut selalu memiliki perbedaan di setiap masa dan tempat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Josepf Schacht menyatakan bahwa hampir seluruh pemikiran fikih Malikiyat memperhatian aspek realitas, dengan kata lain, pemikiran hukum merupakan inspirasi dari kejadian-kejadian yang terjadi dan kemudian dilihat kecenderungan keislaman yang besar dilihat dari aspek maslahat.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn87" name="_ftnref87" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[87]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"><span lang="IN">Kelapangan dan Kemudian di dalam hukum-hukumnya dan pandangan-pandangan di dalam memahami al-Qur’an dan Sunnah, dan istimbat mereka dari kaidah-kaidah <i>ushuliyyah </i>dan prinsip-prinsip dasar fikih (<i>al-mabadi’ al-fiqhiyyah</i>). </span>Hal ini memiliki dasar yang tidak sedikit, baik di dalam al-Qur’an ataupun di dalam Sunnah. Seperti disebutkan berikut ini:</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesusahan bagimu.” (QS. Al-Baqarah/2: 185).</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">لا بكلف الله نفسا إلا وسعها<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah/2: 286).</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">وما جعل عليكم في الدين من حرج<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan..” (QS. Al-Hajj/22: 78).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Demikian juga dinyatakan di dalam Sunnah:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">يسروا ولا تعسروا<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Permudah dan jangan persusah.”</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 200%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 200%;">إياكم والغلو في الدين</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">“Hindarilah perbuatan ekstrim (berlebihan) di dalam (menjalankan) agama.”</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">بعثت بالحنيفيةِ السمحةِ</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">“Aku diutus dengan kelurusan ajaran yang bersifat toleran.”</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">ما خير بين أمرين إلا اختار أيسرهما ما لم يكن إثما</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">“Kebaikan yang terdapat di antara dua hal, kecuali (Rasulullah) memiliki yang termudah dari keduanya, selama tidak mengandung dosa.”</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Di dalam kaidah dijelaskan juga:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">الحرج مرفوع<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Kesulitan dihilangkan.”</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">المشقة تجلب التيسير<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Kesulitan mendatangkan kemudahan.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn88" name="_ftnref88" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[88]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">الضرر يزال<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Kemadaratan dihilangkan.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn89" name="_ftnref89" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[89]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">الضرورات تبيح المحظورات<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Kondisi terpaksa membolehkan yang terlarang.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn90" name="_ftnref90" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[90]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">الأصل في الأشياء الإباحة<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Hukum asal segala sesuatu ialah kebolehan.”<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn91" name="_ftnref91" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[91]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Demikian prinsip-prinsip dasar yang dijadikan pegangan di dalam mengeluarkan istimbat hokum, baik itu yang berkenaan dengan ibadah, muamalah, <i>al-munaza’ah, </i>masalah keluarga, dan sebagainya, yang diliputi dengan berbagai kemudahan dan condong kepada kepentingan-kepentingan manusia, dan tentu saja, selama tidak bertentangan dengan nash yang qath’i dan bukan merupakan perbuatan dosa.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Keseimbangan dan keadilan di dalam hokum-hukumnya, dan keberadaannya di dalam <i>ushul </i>dan <i>furu’</i>, ialah tidak berlebihan untuk memudahkan atau menyulitkan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Pemikiran yang sesuai dengan maksud-maksud syarak (<i>al-bu’d al-maqashidi</i>)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Mazhab Maliki dapat dikatakan sebagai mazhab yang sangat memperhatikan kemasalahan umum manusia dan maksud-maksud yang terdapat di balik persyariatan suatu hukum (<i>maqashid al-syari’ah</i>).<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn92" name="_ftnref92" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[92]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">f.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Aspek sosial dan maslahat</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Hal ini dikarenakan mazhab ini menggunakan <i>maslahah al-mursalah</i> dan <i>al-‘adat al-hasanah</i> sebagai landasan ushul mereka dan merupakan mashdar pentasyri’an yang dijadikan sebagai bangunan pemikiran fikih mereka.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dengan demikian, di mana terdapat masalhat maka di sana juga terdapat hukum Allah. Karena pada prinsipnya, hukum Islam itu berhubungan erat dengan kemaslahatan agama dan dunia, sehingga terdapat dalil yang membatalkannya. Karena itu, bila terdapat suatu adat istiadat di suatu negeri, dan tidak berseberangan dengan prinsip-prinsip syarat, maka hal demikian termasuk dalam substansi fikih juga.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kemudian, <i>al-mashalih al-mursalah</i> ini memiliki kepastian hubungan dengan <i>al-mashalih al-syar’iyyah</i>.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftn93" name="_ftnref93" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[93]</span></span></span></a> Dengan demikian, kemasalahatan itu bukan didasarkan pada kepentingan dan nafsu manusia, karena bertentangan dengan firman-Nya:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 27.9pt 0.0001pt 90pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ</span><span dir="LTR" style="font-size: 20pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">“<span class="gen">Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.</span>” (QS. Al-Mukminun/23: 71).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span></b> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>BAB I<o:p></o:p></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>K E S I M P U L A N<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dismpulkan, bahwa ulama Hanafiyah sangat bersandar kepada pemikiran fikih Imam Malik yang terdapat di dalam kitab monumentalnya Al-Muwaththa’. Kitab ini merupakan kombinasi yang utuh antara naql dan akal dan antara nash dengan praktek. Karena itu, mazhab ini lebih mendahulukan amal penduduk Madinah daripada berpegang kepada hadits Ahad.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Yang paling menonjol dari mazhab ini ialah karakteristiknya, baik dilihat dari sudut metodologis maupun substansi fikih. Secara meotodolgis, mazhab ini memiliki <i>mashdar ushul </i>yang paling banyak, sehingga mereka memiliki pemikiran fikih yang sangat luas, mudah, dan aktual. Secara substansial, mazhab ini sangat memperhatikan realitas, sehingga terbentuk fikih yang seimbang antara pemikiran dan amalan. Realitas itu tetap tidak bertentangan dangan nash yang qath’i yang tidak <i>mukhtalaf</i>. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kelebihan lainnya yang paling menonjol dari mazhab ini ialah perhatian yang cukup besar terhadap aspek <i>maqashid al-syari’ah</i>, yang menjadi inspirasi bagi para ulama setelah Imam Malik khususnya. Dari metode <i>ushuliyyah </i>ini berkembang pesat aspek metodologis <i>al-mashlahah al-mursalah</i>. Dapat dikatakan, bahwa hamper seluruh aspek substansi fikih tidak terlepas dari masalah ini, terutama dalam bidang perdata (muamalah).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN">Al-Andalusi, Abu Umar Yusuf, <i>Tajrid al-Tamhid lima fi al-Muwaththa’ min al-Ma’ani wa al-Asanid aw al-Taqashshi li Hadits al-Muwaththa’ wa Syurukh al-Imam Malik </i>(Mesir: Dar al-Kutub al-Mishriyyah al-‘Amirah; Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="SV">Djamil, Fathurrahman, <i>Filsafat Hukum Islam </i>(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">Dutton, Yasin, <i>The Origin of Islamic Law: The Quran, tha Muwatta’, and Madinan ‘Amal, </i>cet. 1 (Richmond Survey: Curzon Press, 1999).</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN">Al-Jundi, Abdul Halim, <i>Malik bin Anas: Imam Dar al-Hijrah, </i>cet. 3 (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1119H.).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="SV">Khallaf, Abdul Wahhab, <i>Khulashoh Tarikh tasyri’ Islam, </i>(Solo : CV. Ramadhani, 1991).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="SV">Khuzairi, Thahir al-Azhar, <i>al-Madkhal il al-Muwaththa’ Imam Malik ibn Anas, </i>cet. 1 (Kuwait: Wizarah al-Awqaf wa al-Syu’un al-Islamiyyah, Maktabah al-Syu’un al-Fanniyyah, 1429H./2008M.).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="SV">Mahjuddin, <i>Ilmu Fiqih </i>(Jember: P.T. GBI Pasuruan, 1991).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN">Al-Nadwa, Ali Muhammad, <i>Al-Qawa’id al-Fiqhiyyah: Mafhumuha, Nasy’atuha, Tathawwuruha, Dirasah Mu’alafaatiha, Adillatuha, Muhimmatuha, Tathbiqathuha, </i>cet. 3 (Damaskus: Dar al-Qalam, 1414H./1994M.).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">Philips, Abu Ameenah Bilal, <i>The Evolution of FIqh: Islamic Law and The Madh-hab, </i>cet. 2 (Kuala Lumpur: A.S. Noordeen, 1411H./1990M.).</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN">Al-Sayis, Muhammad Ali, <i>Nasy’ah al-Fiqh al-Ijtihadi wa Athwaruh </i>(Al-Azhar: Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah, al-Kitab al-Tasi’, t.t.).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">Schacht, Joseph, <i>The Origins of Muhammadan Jurisprudence </i>(London: Oxford University Press, 1959).</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">Al-Sibri, Zakariya, <i>Mashadir al-Ahkam al-Islamiyyah</i> (Kairo: Dar al-Ittihad al-‘Arabi, 1395H./1975M.).</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN">Syarifuddin, Amir, <i>Ushul Fiqh, </i>vol. 2, cet. 5 (Jakarta: Kencana, 2009).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN">Al-Syathibi, <i>Al-I’tisham</i>,<i> </i>vol. 1 (t.t.p.: t.p., t.t.).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN">Syausyan, Utsman bin Muhammad al-Akhdhar, <i>Takhrij al-Furu’ ‘ala al-Ushul: Dirasah Tarikhiyyah wa Manhajiyyah wa Tathbiqiyyah, </i>vol. 1, cet. 1 (Riyadh: Dar Thayyibah, 1419H./1998M.).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN">Al-Syuyikh, ‘Adil, <i>Ta’lil al-Ahkam fi al-Syari’ah al-Islamiyyah, </i>cet. 1 (Thantha: Dar al-Basyir li al-Tsaqafah wa al-‘Ulum, 1420h./2000M.).<o:p></o:p></span></div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Zahrah,</span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"> Muhammad Abu</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">, <i>Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah fi al-Siyasah wa al-Aqa’id wa Tarikh al-Madzahib al-Fiqhiyyah, </i>cet. 1 (Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, t.t.).</span> <br />
<div><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></a> <span lang="SV">Mahjuddin, <i>Ilmu Fiqih </i>(Jember: P.T. GBI Pasuruan, 1991), hlm. 111; Fathurrahman Djamil, <i>Filsafat Hukum Islam </i>(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 09.</span></div></div><div id="ftn2"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[2]</span></span></span></a> Thahir al-Azhar Khuzairi, <i>al-Madkhal il al-Muwaththa’ Imam Malik ibn Anas, </i>cet. 1 (Kuwait: Wizarah al-Awqaf wa al-Syu’un al-Islamiyyah, Maktabah al-Syu’un al-Fanniyyah, 1429H./2008M.), <span lang="SV">hlm.</span> 25-26.</div></div><div id="ftn3"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[3]</span></span></span></a> Abu Ameenah Bilal Philips, <i>The Evolution of FIqh: Islamic Law and The Madh-hab </i>cet. 2 (Kuala Lumpur: A.S. Noordeen, 1411H./1990M.), <span lang="SV">hlm.</span> 69-70; Yasin Dutton, <i>The Origin of Islamic Law: The Quran, tha Muwatta’, and Madinan ‘Amal, </i>cet. 1<i> </i>(Richmond Survey: Curzon Press, 1999), <span lang="SV">hlm.</span> 11; Thahir al-Azhar Khuzairi, <i>ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span> 19-20.</div></div><div id="ftn4"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[4]</span></span></span></a> Yasin Dutton, <i>ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span> 11-12.</div></div><div id="ftn5"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[5]</span></span></span></a> Abu Ameenah Bilal Philips, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 70. Menurutnya, Imam Malik mencukupkan diri dengan pengetahuan yang terdapat di Madinah (… <i>and thus he largely limited himself to the knowledge available in Madeenah</i>).</div></div><div id="ftn6"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[6]</span></span></span></a> Thahir al-Azhar Khuzairi, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 6.</div></div><div id="ftn7"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[7]</span></span></span></a> <i>Ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span> 6.</div></div><div id="ftn8"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[8]</span></span></span></a> Yasin Dutton, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 22.</div></div><div id="ftn9"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[9]</span></span></span></a> <span lang="IN">Abdul Halim al-Jundi, <i>Malik bin Anas: Imam Dar al-Hijrah, </i>cet. 3 (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1119H.), </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 192.</span></div></div><div id="ftn10"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[10]</span></span></span></a> Abu Ameenah Bilal Philips, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 57.</div></div><div id="ftn11"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[11]</span></span></span></a> Thahir al-Azhar Khuzairi, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 74-75.</div></div><div id="ftn12"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[12]</span></span></span></a> <i>Ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span> 75.</div></div><div id="ftn13"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[13]</span></span></span></a> Yasin Dutton, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 31.</div></div><div id="ftn14"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[14]</span></span></span></a> <span lang="SV">Abdul Wahhab Khollaf, <i>Khulashoh Tarikh tasyri’ Islam </i>(Solo: CV. Ramadhani, 1991), hal. 89; lih. juga dalan Yasin Dutton, <i>ibid., </i>hlm. 31.</span></div></div><div id="ftn15"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[15]</span></span></span></a><span lang="SV"> Abdul Wahhab Khollaf, <i>ibid..</i></span></div></div><div id="ftn16"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[16]</span></span></span></a><span lang="SV"> Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah fi al-Siyasah wa al-Aqa’id wa Tarikh al-Madzahib al-Fiqhiyyah, </i>cet. 1 (Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, t.t.), </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 404.</span></div></div><div id="ftn17"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[17]</span></span></span></a><span lang="SV"> Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 404.</span></div></div><div id="ftn18"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[18]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 405.</span></div></div><div id="ftn19"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[19]</span></span></span></a> <span lang="IN">Abdurrahman ibn Qasim ini dilahirkan di Madinah, seorang yang ahli dalam bidang Hadits dan <i>qira’ah</i>. Dia menulis sebuah kitab monumental dalam mazhab Maliki, yaitu <i>Al-Mudawwanah</i>. Lih. Abu Ameenah Bilal Philips, <i>op.cit.,</i>, </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 73-74.</span></div></div><div id="ftn20"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[20]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 405.</span></div></div><div id="ftn21"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref21" name="_ftn21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[21]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn22"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref22" name="_ftn22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[22]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid.</span></i><span lang="IN">.</span></div></div><div id="ftn23"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref23" name="_ftn23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[23]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 406.</span></div></div><div id="ftn24"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref24" name="_ftn24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[24]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn25"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref25" name="_ftn25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[25]</span></span></span></a> <i>Ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span> 396.</div></div><div id="ftn26"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref26" name="_ftn26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[26]</span></span></span></a> <i>Ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span> 397.</div></div><div id="ftn27"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref27" name="_ftn27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[27]</span></span></span></a> <i>Ibid..</i></div></div><div id="ftn28"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref28" name="_ftn28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[28]</span></span></span></a> <span lang="IN">Muhammad Ali al-Sayis, <i>Nasy’ah al-Fiqh al-Ijtihadi wa Athwaruh </i>(Al-Azhar: Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah, al-Kitab al-Tasi’, t.t.), </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 96. Dia membedakan antara <i>mashdar </i>dan <i>ushul</i>, di mana <i>mashdar </i>adalah al-Qur’an dan Sunnah, sedangkan seperti Amal Penduduk Madinah, Istihsan, yang akan dijelaskan berikutnya, sebagai <i>ushul</i>.</span></div></div><div id="ftn29"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref29" name="_ftn29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[29]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span> 397.</div></div><div id="ftn30"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref30" name="_ftn30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[30]</span></span></span></a> Abu Ameenah Bilal Philips, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 71; Yasin Dutton, <span lang="SV">hlm.</span> 61; Zakariya al-Sibri, <i>Mashadir al-Ahkam al-Islamiyyah</i> (Kairo: Dar al-Ittihad al-‘Arabi, 1395H./1975M.), <span lang="SV">hlm.</span> 16; <span lang="IN">Abu Umar Yusuf al-Andalusi, <i>Tajrid al-Tamhid lima fi al-Muwaththa’ min al-Ma’ani wa al-Asanid aw al-Taqashshi li Hadits al-Muwaththa’ wa Syurukh al-Imam Malik </i>(Mesir: Dar al-Kutub al-Mishriyyah al-‘Amirah; Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.), hlm. 9, juga menyatakan bahwa Imam Malik adalah seorang yang paling kuat berpegang teguh kepada kitab Allah SWT..</span></div></div><div id="ftn31"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref31" name="_ftn31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[31]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="SV"> </span>397; Yasin Dutton, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 114-115.</div></div><div id="ftn32"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref32" name="_ftn32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[32]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>ibid., </i></span><span lang="SV">hlm.</span> 397.</div></div><div id="ftn33"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref33" name="_ftn33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[33]</span></span></span></a> <i>Ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span> 397-398.</div></div><div id="ftn34"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref34" name="_ftn34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[34]</span></span></span></a> <i>Ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span> 398.</div></div><div id="ftn35"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref35" name="_ftn35" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[35]</span></span></span></a> Zakariya al-Sibri, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 36; <span lang="IN">Abu Umar Yusuf al-Andalusi, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 10.</span></div></div><div id="ftn36"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref36" name="_ftn36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[36]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span> 399.</div></div><div id="ftn37"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref37" name="_ftn37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[37]</span></span></span></a> <i>Ibid..</i></div></div><div id="ftn38"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref38" name="_ftn38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[38]</span></span></span></a> <i>Ibid..</i></div></div><div id="ftn39"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref39" name="_ftn39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[39]</span></span></span></a> <i>Ibid..</i></div></div><div id="ftn40"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref40" name="_ftn40" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[40]</span></span></span></a> <i>Ibid..</i></div></div><div id="ftn41"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref41" name="_ftn41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[41]</span></span></span></a> Yasin Dutton, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 33.</div></div><div id="ftn42"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref42" name="_ftn42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[42]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span> 399.</div></div><div id="ftn43"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref43" name="_ftn43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[43]</span></span></span></a><span lang="IN"> Utsman bin Muhammad al-Akhdhar Syausyan, <i>Takhrij al-Furu’ ‘ala al-Ushul: Dirasah Tarikhiyyah wa Manhajiyyah wa Tathbiqiyyah, </i>vol. 1, cet. 1 (Riyadh: Dar Thayyibah, 1419H./1998M.,), </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 138-139.</span></div></div><div id="ftn44"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref44" name="_ftn44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[44]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span> 399.</div></div><div id="ftn45"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref45" name="_ftn45" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[45]</span></span></span></a> Yasin Dutton, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 41.</div></div><div id="ftn46"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref46" name="_ftn46" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[46]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 400.</span></div></div><div id="ftn47"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref47" name="_ftn47" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[47]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="IN"> </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 400.</span></div></div><div id="ftn48"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref48" name="_ftn48" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[48]</span></span></span></a> Yasin Dutton, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 33.</div></div><div id="ftn49"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref49" name="_ftn49" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[49]</span></span></span></a> Joseph Schacht, <i>The Origins of Muhammadan Jurisprudence </i>(London: Oxford University Press, 1959), <span lang="SV">hlm.</span> 311.</div></div><div id="ftn50"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref50" name="_ftn50" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[50]</span></span></span></a> <span lang="IN">Utsman bin Muhammad al-Akhdhar Syausyan, <i>Takhrij al-Furu’ ‘ala al-Ushul: Dirasah Tarikhiyyah wa Manhajiyyah wa Tathbiqiyyah, </i>vol. 1, cet. 1 (Riyadh: Dar Thayyibah, 1419H./1998M.), </span><span lang="SV">hlm. </span><span lang="IN">139.</span></div></div><div id="ftn51"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref51" name="_ftn51" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[51]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 400; </span>Zakariya al-Sibri, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 82-83.</div></div><div id="ftn52"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref52" name="_ftn52" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[52]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn53"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref53" name="_ftn53" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[53]</span></span></span></a> Thahir al-Azhar Khuzairi, <i>op.cit., </i> <span lang="SV">hlm.</span> 75. <i>Al-muwaththa’, </i>yang berarti <i>al-musahhil wa al-muyassir </i>(yang memberikan kemudahah). Lih. juga <span lang="IN">Abdul Halim al-Jundi, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 200.</span></div></div><div id="ftn54"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref54" name="_ftn54" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[54]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 401.</span></div></div><div id="ftn55"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref55" name="_ftn55" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[55]</span></span></span></a><span lang="IN"> ‘Adil al-Syuyikh, <i>Ta’lil al-Ahkam fi al-Syari’ah al-Islamiyyah, </i>cet. 1 (Thantha: Dar al-Basyir li al-Tsaqafah wa al-‘Ulum, 1420H./2000M.), </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 223.</span></div></div><div id="ftn56"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref56" name="_ftn56" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[56]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 401.</span></div></div><div id="ftn57"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref57" name="_ftn57" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[57]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid.</span></i><span lang="IN">; ‘Adil al-Syuyikh, <i>op.cit., </i>225.</span></div></div><div id="ftn58"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref58" name="_ftn58" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[58]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn59"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref59" name="_ftn59" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[59]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn60"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref60" name="_ftn60" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[60]</span></span></span></a> <span lang="IN">Muhammad Ali al-Sayis, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 97; ‘Adil al-Syuyikh, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 226.</span></div></div><div id="ftn61"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref61" name="_ftn61" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[61]</span></span></span></a><span lang="IN"> Al-Syathibi, <i>Al-I’tisham</i>,<i> </i>vol. 1, t.t.p.: t.p., t.t., </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 387.</span></div></div><div id="ftn62"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref62" name="_ftn62" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[62]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 402.</span></div></div><div id="ftn63"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref63" name="_ftn63" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[63]</span></span></span></a> <span lang="IN">Amir Syarifuddin, <i>Ushul Fiqh, </i>vol. 2, cet. 5 (Jakarta: Kencana, 2009), </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 421-422.</span></div></div><div id="ftn64"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref64" name="_ftn64" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[64]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span> 402; Amir Syarifuddin, <i>ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span> 428-429.</div></div><div id="ftn65"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref65" name="_ftn65" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[65]</span></span></span></a> <i>Ibid.</i>; <i>Ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span> 428.</div></div><div id="ftn66"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref66" name="_ftn66" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[66]</span></span></span></a> <i>Ibid.</i>; <i>Ibid..</i></div></div><div id="ftn67"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref67" name="_ftn67" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[67]</span></span></span></a> <i>Ibid.</i>; <i>Ibid..</i></div></div><div id="ftn68"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref68" name="_ftn68" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[68]</span></span></span></a> <i>Ibid.</i>; <i>Ibid..</i></div></div><div id="ftn69"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref69" name="_ftn69" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[69]</span></span></span></a> <i>Ibid.</i><span lang="IN">.</span></div></div><div id="ftn70"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref70" name="_ftn70" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[70]</span></span></span></a> Abu Ameenah Bilal Philips, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 71-73.</div></div><div id="ftn71"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref71" name="_ftn71" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[71]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span> 397-402.</div></div><div id="ftn72"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref72" name="_ftn72" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[72]</span></span></span></a> <span lang="IN">Utsman bin Muhammad al-Akhdhar Syausyan, <i>op.cit., </i>, </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 139.</span></div></div><div id="ftn73"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref73" name="_ftn73" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[73]</span></span></span></a> <span lang="SV">Muhammad Abu </span><span lang="IN">Zahrah, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span> 399.</div></div><div id="ftn74"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref74" name="_ftn74" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[74]</span></span></span></a> <span lang="IN">Abdul Halim al-Jundi, <i>op.cit., </i></span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 202-203. </span></div></div><div id="ftn75"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref75" name="_ftn75" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[75]</span></span></span></a> <span lang="IN">Utsman bin Muhammad al-Akhdhar Syausyan, <i>op.cit., </i>, </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 215-216.</span></div></div><div id="ftn76"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref76" name="_ftn76" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[76]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 216.</span></div></div><div id="ftn77"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref77" name="_ftn77" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[77]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn78"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref78" name="_ftn78" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[78]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid.,</span></i><span lang="IN"> </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 216-217.</span></div></div><div id="ftn79"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref79" name="_ftn79" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[79]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 217.</span></div></div><div id="ftn80"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref80" name="_ftn80" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[80]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn81"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref81" name="_ftn81" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[81]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 218.</span></div></div><div id="ftn82"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref82" name="_ftn82" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[82]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn83"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref83" name="_ftn83" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[83]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 218-220.</span></div></div><div id="ftn84"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref84" name="_ftn84" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[84]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 220.</span></div></div><div id="ftn85"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref85" name="_ftn85" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[85]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 221.</span></div></div><div id="ftn86"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref86" name="_ftn86" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[86]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 10pt;"> </span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">Syihabuddin Ahmad al-Qurafi, <i>Al-Dzakhirah, </i>vol. 5, cet. 1 (Beirut: Dar al-Gharb al-Islami, 1994), </span><span lang="SV">hlm.</span><span style="font-size: 10pt;"> 371; </span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">Ahmad al-Durdir, <i>Aqrab al-Masalik li Madzhab al-Imam Mali</i>, cet. 1 (Kanu Nigeria: Maktabah Ayyub, 1420H./2000M.), </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;"> 120-121; Abu Muhammad Abdilwahhab, <i>Al-Talqin fi al-Fiqh al-maliki </i>(Riyadh: Maktabah Nizar Musthafa al-Baz, t.t.), </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;"> 398; Shadiq Abdurrahman al-Ghiryani, <i>Mudawwanah al-Fiqh al-Maliki wa Adillatuh, </i>vol. 3, cet. 1 (Beirut: Mu’assasah al-Rayyan, 1423H./2002M.), </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;"> 490.</span></div></div><div id="ftn87"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref87" name="_ftn87" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[87]</span></span></span></a> Joseph Schacht, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span> 312.</div></div><div id="ftn88"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref88" name="_ftn88" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[88]</span></span></span></a> Ali Muhammad al-Nadwa, <i>Al-Qawa’id al-Fiqhiyyah: Mafhumuha, Nasy’atuha, Tathawwuruha, Dirasah Mu’alafaatiha, Adillatuha, Muhimmatuha, Tathbiqathuha, </i>cet. 3 (Damaskus: Dar al-Qalam, 1414H./1994M.), <span lang="SV">hlm.</span> 302.</div></div><div id="ftn89"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref89" name="_ftn89" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[89]</span></span></span></a> <i>Ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span><i><span lang="SV"> </span></i>27.</div></div><div id="ftn90"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref90" name="_ftn90" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[90]</span></span></span></a> <i>Ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span><i><span lang="SV"> </span></i>102.</div></div><div id="ftn91"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref91" name="_ftn91" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[91]</span></span></span></a> <i>Ibid., </i><span lang="SV">hlm.</span><i><span lang="SV"> </span></i>122.</div></div><div id="ftn92"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref92" name="_ftn92" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[92]</span></span></span></a> <span lang="IN">Abdul Halim al-Jundi, </span><span lang="SV">hlm.</span><span lang="IN"> 208.</span></div></div><div id="ftn93"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3559270499621343133&postID=2594627709442539314#_ftnref93" name="_ftn93" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[93]</span></span></span></a> Zakariya al-Sibri, <i>op.cit., </i><span lang="SV">hlm.</span><i><span lang="SV"> </span></i><span lang="IN">124-128.</span></div></div></div>Islamic Methodologyhttp://www.blogger.com/profile/11869930333693923884noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3559270499621343133.post-16796007737897944642010-06-26T23:32:00.000-07:002010-06-27T00:42:30.427-07:00'Am dan Khas dalam Penelitian Fikih<style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"DecoType Naskh Special";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:178;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:8193 0 0 0 64 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter
{margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 216.0pt right 432.0pt;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.MsoFootnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
vertical-align:super;}
span.MsoPageNumber
{font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:612.1pt 792.1pt;
margin:4.0cm 3.0cm 4.0cm 4.0cm;
mso-header-margin:35.45pt;
mso-footer-margin:59.65pt;
mso-page-numbers:0;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:2175586;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-581422164 67698709 -1531257498 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:alpha-upper;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1
{mso-list-id:46924656;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:378685634 67698709 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-number-format:alpha-upper;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2
{mso-list-id:804084864;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1846221068 -2050208868 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:72.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:108.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:144.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level4
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:180.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:216.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:252.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level7
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:288.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:324.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l2:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:360.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:360.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>BAB I<o:p></o:p></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>PENDAHULUAN<o:p></o:p></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 36pt;">Sumber pembinaan<a href="http://www.blogger.com/post-create.do" name="_ftnref23"></a><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></a> hukum atau <i>tasyri‘</i> adalah al-Qur`an dan As-Sunnah. Kedua sumber utama ini merupakan rujukan dalam menetapkan hukum. Sebagai sumber utama dalam pembinaan hukum, maka ia harus dapat dipahami dengan baik, sehingga persoalan-persoalan hukum dapat dipecahkan dengan tepat. Untuk dapat memahami nash dengan baik para ulama ushul telah merumuskan kaidah-kaidah kebahasaan dengan membagi lafaz nash kepada berbagai bentuk karakteristiknya, baik dilihat dari segi lafaz nash dan cakupan maknanya, Lafaz dari segi penggunaan maknanya, lafaz dari segi penunjukkan (<i>dilâlah</i>) maknanya maupun lafaz nash dari segi cara penunjukan (<i>dilâlah</i>)nya kepada makna.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[2]</span></span></span></a> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 36pt;">Pembagian lafaz nash kepada beberapa karakteristik seperti disebutkan di atas tujuannya adalah dalam rangka untuk menjelaskan maksud yang terkandung di dalam lafaz nash tersebut. Jika lafaz nash sudah dapat diketahui maksudnya, maka akan memudahkan untuk mengambil kesimpulan hukum. Usaha untuk menjelaskan dan mengetahui maksud lafaz nash dan kemudian berakhir pada penetapan ketentuan hukum, dalam istilah Salâm Madkûr<b><span style="font-size: 14pt; line-height: 200%;">,</span></b> disebut dengan <i>ijti<u>h</u>âd</i> <i>bayânî</i>.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[3]</span></span></span></a><br />
<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;"></span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 36pt;">Penjelasan terhadap lafaz nash yang dilihat dari beberapa segi ini adalah menjadi penting, karena ia merupakan kunci untuk mengetahui apa yang dimaksud oleh <i>Syâri‘</i> dalam suatu teks. Oleh karena itu, para ulama ushul, telah mengelompokkan pembahasan lafaz nash kepada beberapa macam, salah satunya adalah lafaz nash dari segi penetapan makna. Dilihat dari segi penetapan makna, lafaz nash dapat dibedakan kepada <i>al-khâsh, al-‘âm, musytarak</i> dan <i>ta`wîl</i>. Di dalam makalah ini akan dijelaskan hanya dalam lafaz musytarak.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b><span lang="IN">BAB II<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b><span lang="IN">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><b>A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Pengertian Musytarak<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Umumnya ulama ushul, seperti Wahbah Zuhailî,<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[4]</span></span></span></a> Abd al-Karîm Zaidân<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[5]</span></span></span></a> dan Zakî al-Dîn Sya‘bân<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[6]</span></span></span></a> menempatkan lafaz <i>musytarak</i> ini pada kelompok <i>al-khâsh, al-‘âm</i> dan <i>ta`wil</i> yaitu dilihat dari segi penetapan penempatan lafaz bagi suatu makna. </span>Adapun yang dimaksud dengan lafaz <i>musytarak</i> sebagaimana dijelaskan oleh Abû Zahrah<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[7]</span></span></span></a> adalah: </div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 200%; margin: 0cm 36.9pt 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -0.5pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "DecoType Naskh Special"; font-size: 20pt; line-height: 200%;">الـمـشـتـرك هـواللـفـظ الذى يـدل عـلى مـعـنـيـيـن أوأكـثـر بـوضـع مخـتـلـف</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i> Musytarak ialah suatu lafaz yang menunjukkan kepada pengertian ganda atau lebih dengan penggunaan berbeda.</i><span lang="IN"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pengertian seperti ini, sama juga dengan apa yang yang diungkapkan oleh Wahbah Zuhailî<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[8]</span></span></span></a> yaitu: </div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 200%; margin: 0cm 36.9pt 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -0.5pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "DecoType Naskh Special"; font-size: 20pt; line-height: 200%;">الـمـشـتـرك هـواللـفـظ الذى المـوضـوع الـدلالـة عـلى مـعـنـيـيـن فـأكـثـر.</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i>Musytarak ialah suatu lafaz yang ditetapkan untuk menunjukkan pengertian lebih dari satu makna yang berbeda-beda.</i><span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 200%; margin: 0cm 36.9pt 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -0.5pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "DecoType Naskh Special"; font-size: 20pt; line-height: 200%;">اللفظ الموضوع للدلالة على معنيين فأكثر<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"></span><span lang="IN"><span dir="LTR"></span>“<i>Suatu lafaz yang diterapkan untuk menunjukkan dua pengertian atau lebih</i>.”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[9]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Lafaz disebut istytirak disyaratkan dua hal, yaitu: terdapat beberapa penerapan suatu lafaz dan juga terdapat beberapa pengertian dari lafaz, sehingga suatu lafaz diterapkan dua kali atau lebih untuk dua pengertian atau lebih.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[10]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Contohnya adalah lafaz mata<i>, </i>di mana memiiki pengertia bahasa yaitu mata yang melihat, mata air, mata-mata, matahari, mata uang, dan yang lainnya. Akan tetapi ketika lafaz mata itu dilafazkan, maka tidaklah dimaksudkan keseluruhan pengertian tersebut, akan tetapi yang dimaksud adalah salah satunya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[11]</span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><b>B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Sebab-sebab Keberadaan Isytirak<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Menurut Wahbah Zuhaili, terdapat banyak hal yang menyebabkan suatu lafaz menjadi musytarak, di antaranya ialah:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Perbedaan penerapan kebahasaan di antara kabilah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Terkarang suatu kabilah menerapkan lafaz tersebut untuk suatu pengertian, tetapi kabilah lain menerapkan lafaz tersebut untuk pengertian lainnya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[12]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Penggunaan suatu lafaz untuk makna yang tidak satu.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Terkadang suatu kata diungkapkan untuk pengertian yang umum, yang mencakup banyak hal, yang disebut juga dengan <i>al-isytirak al-ma’nawi</i>. Seperti kata <i>maulaa, </i>makna aslinya adalah penolong (<i>nashir</i>), kemudian digunakan untuk pengertian tuan (<i>sayyid</i>) dan hamba (‘<i>abd</i>).<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[13]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Tarik menarik antara pengertian hakikat dan majaz.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Suatu lafaz terkadang dipakai untuk suatu pengertian yang asli, kemudian yang berkembang adalah pengertian yang bukan asli (majazi). Karena itulaha terdapat istilah pengertian hakiki dan pengertian majazi.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[14]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Tarik menarik antara makna hakiki dan makna ‘<i>urfi</i><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Yaitu suatu lafaz yang berubah pengertiannya dari makna hakiki kepada makna istilah yang dipengaruhi oleh adat kebiasaan. Karena pengertian bahasa adalah pengertian yang asli, sedang pengertian istilah merupakan pengertian musytarak yang ‘<i>urfi</i>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Menurut Mukhtar Yahya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Adapun sebab-sebab yang menjadikan lafaz <i>musytarak </i>adalah:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Secara <i>lughawî</i> (bahasa) di kalangan suku-suku (kabilah) Arab berbeda dalam penggunaan arti suatu lafaz nash.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Lafaz nash itu diciptakan untuk satu makna, kemudian dipakai pula untuk makna lain secara <i>majâzî</i>. Kemudian pemakaian <i>majâzî</i> ini lebih banyak digunakan, sehingga orang-orang menyangka bahwa pemakaian dalam arti kedua ini (<i>majâzî</i>) adalah <i>haqîqî,</i> bukan <i>majâzî</i>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Lafaz nash itu semula diciptakan untuk satu makna, kemudian dipindahkan kepada istilah <i>syar‘î</i> untuk arti lain. Misalnya lafaz shalat yang semula berarti doa, kemudian dalam arti istilah <i>syar‘î</i> shalat seperti yang dikerjakan umat Islam yang diawali dengan takbir dan disudahi dengan salam.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[15]</span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><b>C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Dalalah Musytarak<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Para ulama Ushul menyatakan, bahwa pengertian <i>isytirak</i> berbeda dengan pengertian asli. Dengan kata lain, suatu lafaz yang tarik menarik antara kecenderungan isytirak dengan kecenderungan <i>infirad </i>(satu pengertian), maka yang dominan dalam <i>zhann </i>ialah pengertian <i>infirad</i>, dan kecenderungan pengertian isytirak pun menjadi tidak kuat. Dengan kata lain, dengan hilangnya pengertian <i>isytirak, </i>maka terdapat pengertian yang lebih kuat. Karena itu, bila terdapat di dalam al-Qur’an suatu lafaz yang memiliki kecenderungan isytirak dan tidak, maka yang diperkuat adalah ketiadaan isytirak.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[16]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Kemudian, apabila terdapat lafaz <i>isytirak</i>, seorang mujtahid wajib menguatkan salah satu pengertiannya, dengan <i>qarinah lafzhiyah </i>atau <i>haliyah </i>yang merperkuat makna yang dimaksud. Yang dimaksud dengan <i>qarinah lafzhiyyah </i>ialah apa yang dinyatakan orang yang menyatakan lafaz tersebut; sedangkan <i>qarinah haliyah </i>ialah sebagaimana kebiasaan orang Arab ketika mendapat suatu nash dalam permasalahan tertentu.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[17]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Apabila terdapat suatu lafaz dalam dua pengertian, seperti dalam masalah <i>shiyam</i>, di mana lafaz ini memiliki dua pengertian: pertama, secara bahasa, yang diartikan sebagai menahan (<i>imsak</i>); sedang pengertian kedua bersifat syar’i, yaitu menahan diri dari yang membatalkan puasa, maka yang ditentukan adalah pengertian kedua, karena pengertian ini lebih depat pada apa yang dimaksud oleh al-Qur’an dan sunnah.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[18]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Dalam hal penetapan <i>dalâlah</i> lafaz <i>musytarak</i> dan pengamalannya, para ulama telah menetapkan jika ditemukan di dalam nash (al-Qur`an dan Sunnah) makna <i>lughawî</i> dan makna istilah, maka yang dipegangi adalah makna istilah <i>syar‘î</i>. Jika lafaz <i>musytarak</i> itu mengandung beberapa makna <i>lughawî</i>, maka mujtahid wajib melakukan ijtihad<i> </i>untuk menentukan arti yang dimaksud. Sebab, jelas tidak seluruh arti yang dikehendaki oleh lafaz nash tersebut (oleh <i>syar‘î</i>), melainkan salah satu saja dari beberapa arti itu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Sementara itu, Wahbah Zuhailî</span><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[19]</span></span></span></a><span lang="IN"> menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan <i>musykil</i> ialah suatu lafaz nash yang tersembunyi, artinya yang disebabkan oleh lafaz itu sendiri. </span>Oleh karena itu, untuk mengetahui maknanya diperlukan penelitian yang mendalam dengan memperhatikan <i>qarînah</i> yang dapat menjelaskan maksudnya. Sebagai contoh, misalnya firman Allah:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 200%; margin: 0cm 36.9pt 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -0.5pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "DecoType Naskh Special"; font-size: 20pt; line-height: 200%;">والمطلقـات يـتــربصن بأنـفـسـهـن ثـلاثـة قـروء ... (البـقـرة/٢ :</span><span lang="FA" style="font-family: "DecoType Naskh Special"; font-size: 20pt; line-height: 200%;">۲۲۹</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "DecoType Naskh Special"; font-size: 20pt; line-height: 200%;">)</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (beriddah) dengan tiga kali suci… (QS. Al-Baqarah/2:229)<span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dalam ayat di atas terdapat lafaz <i>qurû</i>` (<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 200%;">قـرؤء</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) yang mengandung dua arti atau ganda yaitu: suci dan haid. Oleh karena itu wanita yang ditalak oleh suami mereka itu apakah ber<i>-‘iddah</i> dengan tiga kali suci atau tiga kali haid. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Adapun yang menyebabkan kemusykilan terhadap lafaz nash, sebagaimana dijelaskan oleh Amir Syarifuddin<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[20]</span></span></span></a> adalah karena lafaz itu <i>musytarak</i>, yaitu suatu lafaz nash yang mengandung beberapa arti sedangkan <i>shighat</i>-nya sendiri tidak menunjukkan kepada makna tertentu. </div><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span></b> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>BAB III<o:p></o:p></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>KESIMPULAN<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Lafaz musytarak ini dikelomokkan sbagai lafaz <i><span lang="IN">al-khâsh, al-‘âm</span></i><span lang="IN"> dan <i>ta`wil</i> yaitu dilihat dari segi penetapan penempatan lafaz bagi suatu makna, di mana lafaz musytarak menunjukkan kepada pengertian ganda atau lebih dari satu lafaz.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Suatu lafaz disebut isytirak, antara disebabkan oleh perbedaan penerapan kebahasaan di antara kabilah, penggunaan suatu lafaz untuk makna yang tidak satu, tarik menarik antara pengertian hakikat dan majaz, dan tarik menarik antara makna hakiki dan makna ‘<i>urfi</i>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Di dalam istimbat hukum, terhadap lafaz isytirak ini, harus diadakan tarjih untuk mencari makna yang terkuat, sehingga dapat dijadikan sebagai hujjah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 62.95pt; text-indent: -62.95pt;"><span lang="IT" style="font-size: 12pt;">Wahbah Zuhaili, <i>Ushûl al-Fiqh al-Islâmî</i> jil. I (Damaskus: Dâr al-Fikr, 1986).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 62.95pt; text-indent: -62.95pt;"><span lang="IT" style="font-size: 12pt;">Said Aqil Husin al-Munawwar, <i>Membangun Metodologi Ushul Fiqh: Tela’ah Konsep al-Nadb dan al-Karahah Dalam Istinbat Hukum Islam, </i>terj. Abdul Rahman Kasi (Jakarta: Ciputat Press, 2004).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 62.95pt; text-indent: -62.95pt;"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">Salâm Madkûr, <i>Al-Ijtihâd fî al-Tasyrî‘ al-Islâmî</i> (Kairo: Dâr al-Nahdhah al-Arabîyah, 1984).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 62.95pt; text-indent: -62.95pt;"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">Asmuni Rahman, <i>Manhaj Tarjih Muhammadiyah: Metodologi dan Aplikasi</i> (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 62.95pt; text-indent: -62.95pt;"><span lang="IT" style="font-size: 12pt;">Abd al-Karîm Zaidân, <i>al-Wajîz fî Ushûl al-Fiqh, </i>t.t.p.: t.p., t.t..</span><span lang="SV" style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 12pt 62.95pt; text-indent: -62.95pt;"><span lang="IT" style="font-size: 12pt;">Zakî al-Dîn Sya‘bân, <i>Ushûl al- Fiqh al-Islâmî</i>, t.t.p.: t.p., t.t..</span><span lang="SV" style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 62.95pt; text-align: justify; text-indent: -62.95pt;"><span lang="IT">Mukhtar Yahya dan Fatcurrahman, <i>Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam </i>(Bandung: PT. Al-Ma‘arif, 1986).</span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></div><div><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></a> <span lang="SV">Dimaksud dengan kata "pembinaan hukum" adalah usaha mujtahid memahami sumber-sumber syara’ dan menetapkan hukum atas dasar pemahaman tersebut.</span></div></div><div id="ftn2"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[2]</span></span></span></a> <span lang="IT">Wahbah Zuhaili, <i>Ushûl al-Fiqh al-Islâmî</i> jil. I (Damaskus: Dâr al-Fikr, 1986), </span><span lang="SV"> h. 204-366. Bandingkan dengan: </span><span lang="IT">Said Aqil Husin al-Munawwar, <i>Membangun Metodologi Ushul Fiqh: Tela’ah Konsep al-Nadb dan al-Karahah Dalam Istinbat Hukum Islam, </i>terj. Abdul Rahman Kasi (Jakarta: Ciputat Press, 2004), </span><span lang="SV">h. 278-380.</span></div></div><div id="ftn3"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[3]</span></span></span></a> <span lang="SV">Salâm Madkûr, <i>Al-Ijtihâd fî al-Tasyrî‘ al-Islâmî</i> (Kairo: Dâr al-Nahdhah al-Arabîyah, 1984), h. 42-43. Lihat juga: Asmuni Rahman, <i>Manhaj Tarjih Muhammadiyah: Metodologi dan Aplikasi</i> (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 113-147.</span></div></div><div id="ftn4"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[4]</span></span></span></a> <span lang="IT">Wahbah Zuhailî, <i>op.cit., </i>h. 119.</span></div></div><div id="ftn5"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[5]</span></span></span></a> <span lang="IT">Abd al-Karîm Zaidân, <i>al-Wajîz fî Ushûl al-Fiqh, </i>h. 327</span></div></div><div id="ftn6"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[6]</span></span></span></a> <span lang="IT">Zakî al-Dîn Sya‘bân, <i>Ushûl al- Fiqh al-Islâmî</i>, t.t.p.: t.p., t.t., h. h. 337.</span></div></div><div id="ftn7"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[7]</span></span></span></a> <i><span lang="IT">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn8"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[8]</span></span></span></a> <span lang="IT">Wahbah Zuhailî, <i>op.cit.,</i> h. 283.</span></div></div><div id="ftn9"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[9]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="IN">h. 283.</span></div></div><div id="ftn10"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[10]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="IN">h. 283.</span></div></div><div id="ftn11"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[11]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn12"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[12]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="IN">h. 284.</span></div></div><div id="ftn13"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[13]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="IN">h. 285.</span></div></div><div id="ftn14"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[14]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn15"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[15]</span></span></span></a> <span lang="IT">Mukhtar Yahya dan Fatcurrahman, <i>Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam </i>(Bandung: PT. Al-Ma‘arif, 1986), <i>Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami, </i>h. 254-256.</span></div></div><div id="ftn16"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[16]</span></span></span></a> <span lang="IN">Wahbah Zuhaili, <i>op.cit., </i>h. 285.</span></div></div><div id="ftn17"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[17]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="IN">h. 286.</span></div></div><div id="ftn18"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[18]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid..</span></i></div></div><div id="ftn19"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[19]</span></span></span></a> <i><span lang="IN">Ibid., </span></i><span lang="IT">h. 338.</span></div></div><div id="ftn20"><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3559270499621343133#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[20]</span></span></span></a> <span lang="IT">Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, <i>op.cit., </i>h. 287.</span></div></div></div><br />
<br />
Untuk mendownladnya, silahkan klik <a href="http://www.ziddu.com/download/10462689/Foto029.jpg.html" target="blank">disini</a>.Islamic Methodologyhttp://www.blogger.com/profile/11869930333693923884noreply@blogger.com0